Senin, 10 Agustus 2015

Pengalaman Mistis di GUNUNG SUMBING (Pendakian seorang diri)


 .
sunrise sumbing
Seperti yang kita tahu , Gunung Sumbing merupakan gunung yang telah terkenal dengan keangkerannya. Tidak sedikit pula pendaki yang pernah merasakan pengalaman mistis di gunung ini. Termasuk salah satunya saya...Peristiwa ini terjadi sudah lama sekali. Tapi saya pikir tak ada salahnya menceritakan kembali untuk sekedar berbagi pengalaman. Berawal dari liburan panjang , saya mulai merancanakan perjalanan mendaki gunung. Tujuan pendakian kali ini adalah gunung yang telah lama menjadi impianku untuk menjajal lerengnya , ya...Gunung Sumbing. Berulang kali saya mencoba membentuk kelompok dan mencoba mengajak teman untuk mendaki gunung ini. Tapi selalu saja gagal dengan alasan beragam. Begitupun kali ini , tak ada satu kawanku yang mau ikut serta dalam pendakianku kali ini. Yaaaa...apa boleh buat , akhirnya nekat berangkat seorang diri. Nantinya kan ketemu pendaki lain di base camp… begitu pikirku.
Sebelumnya aku telah browsing di internet mengenai jalur pendakian Gunung Sumbing. Setelah mempertimbangkan berbagai hal , akhirnya ku putuskan untuk lewat Jalur Cepit. Akupun memacu kendaraanku dari Semarang menuju Temanggung seorang diri. Setiba di Temanggung , aku mulai bertanya kepada orang yang kebetulan kutemui di pinggir jalan. Setelah bertanya kesana kemari , akhirnya akupun sampai juga di Dusun Cepit , desa Bulu yang dimana Basecamp jalur pendakian Cepit berada. Dusun ini terletak di kecamatan Pagergunung dan cukup jauh dari jalan raya Temanggung-Wonosobo. Cukup sulit juga untuk mencapai dusun ini.
Setiba di Basecamp , apa yang saya pikirkan mengenai adanya pendaki lain yang bakal jadi teman seperjalanan tidak terwujud. Tak ada satupun pendaki yang mendaki hari ini..cuma diriku saja yang berniat mendaki hari ini. Mungkin karena kunjunganku diwaktu musim penghujan yang tak tepat sehingga tidak ada satupun pendaki yang datang. Tapi akupun tak ambil pusing dan tetap maju menggapai puncak Gunung Sumbing. Setelah mendaftar dan menitipkan sepeda motor , tanpa buang waktu aku langsung saja cap cus karena sadar diriku berpacu dengan hujan yang kapan saja bisa turun. Melalui trek awal yang menanjak di jalan beraspal saat siang hari merupakan siksaan berat. Tapi langkah kaki ini tetap saja berayun seirin nafas yang mulai tersengal-sengal.
jalur cepit
Di penghujung jalan aspal , jalan pun berganti dengan jalan setapak. Bekas hujan semalam tanpak terlihat dari basahnya jalan. Sayapun masih tak bertemu pendaki lain. Tapi positif thinking masih saja kupakai dan tetap berjalan menuju puncak. MP3 player pun kunyalakan sekedar melepas keheningan suasana. Di saat sunyi ini , tiba tiba terdengar suara ramainya orang-orang mendaki di atas jalur tempatku saat ini berada. Dari ramainya bisa ku perkirakan ada sekitar 30 orang lebih berada di depanku. Dari suaranya akupun menduga kalau sebagian besar pendaki ini adalah anak pramuka. Karena suara yang kudengar seperti suara orang sedang latihan baris berbaris. Ada juga suara pasangan muda mudi yang tertawa riang bersama.
Kontan saja saya senang mengetahui ada tanda-tanda manusia lain yang juga mendaki dihari ini. Sayapun mempercepat langkah mengejar suara pendaki yang kudengar sebelumnya. Setelah berjalan dengan nafas yang hampir putus , akupun masih tak menemukan pendaki lain. Bahkan setelah setengah perjalananpun masih tak kutemui satupun manusia di sepanjang jalur menuju puncak. Kembali positif thinking memenuhi pikiranku...barangkali mereka telah sampai puncak dan mendirikan tenda. Aku pun kembali berjalan menuju puncak. Menjelang maghrib , 2\3 jalur menuju puncak telah kuraih. Suasana berubah menjadi gelap. Angin pun bertiup kencang dan awan mendung tampak menggantung dilangit. Lha ini....hujan yang kutakutkan tampaknya akan segera turun....waduuuhhh...saat sendirian di tengah gunung rasanya tak lucu bila
kawah gunung sumbing
kehujanan...begitu pikirku...karena itu aku mempercepat sedikit langkahku...aku seperti buta arah...jalur yang semula terlihat menghilang dari pandangan. Hanya rumput ilalang yang ada di kontur tanah yang menanjak tajam...apa mungkin aku salah ambil jalur?kembali aku bertanya di dalam hati sambil mengumpat berulang kali. Tapi aku tak mau menyerah...walau memang tersesat sedikit demi sedikit aku-pun menambah ketinggian. Dengan mengandalkan naluri dalam keterbatasan penglihatan , aku pun terus merayap di jalur yang memiliki kemiringan tanah yang cukup tajam. Walau perut memang terasa lapar aku pun terus naik. Istirahat sebentar mengambil nafas sambil mengganjal perut dengan roti tawar menjadi ritme yang kupilih. Prioritas utamaku adalah puncak!!!!tak ada yang lain...karena bila aku bisa mencapai puncak , awan hujan setidaknya berada dibawahku dan aku akan aman dari hujan..aku pun terus naik dan naik...dan sungguh tak di kira , tanpa disangka ; tahu-tahu aku telah sampai di puncak Bayangan..sebuah tempat datar di pinggir kaldera kawah di Gunung Sumbing...Puncak Sejati terlihat begitu dekat. Di sini aku kembali keheranan dan tak habis pikir. Karena Puncak Bayangan ini merupakan satu-satunya tempat terakhir mendirikan tenda sebelum menuju puncak dan tak ada satupun tenda yang berdiri di tempat ini , berarti...suara yang ku dengar saat menuju puncak tadi suara siapa yah?karena tak ada satupun manusia yang kutemui sepanjang jalan menuju puncak , tak ada juga satupun manusia yang mencapai puncak selain aku. Di tambah seingatku di buku tamu tak ada pendaki lain yang ke puncak hari ini selain diriku seorang. Apa mungkin ya?...apa mungkin...suara yang kudengar dibawah tadi adalah bukan suara manusia alias suara setan atau sebangsanya. Mungkinkah suara ini adalah suara dari Pasar Setan yang memang sudah terkenal keberadaannya di Gunung Sumbing. Tapi setahuku..Pasar Setan hanya di temui di Jalur Pendakian Garung yang berada di Kledung.

Klruuuukkkk...suara perutku yang lapar memecah suasana..segera ku dirikan tenda seorang diri. Walau agak kepayahan akhirnya tenda pun berdiri..setelah barang barang masuk semua ke dalam tenda , kompor ku nyalakan dan mulai memasak...menunya sudah pasti , apalagi kalau bukan mie instan rebus...entah ini makan siang atau makan malam aku sudah tak tahu lagi. Pasalnya perut ini sejak siang belum kemasukan apa apa kecuali air dan roti tawar..mie instan rebus pun tersedia dengan bau yang harum...sebuah kemewahan tersendiri menyantap mie rebus di atas puncak gunung walau terasa hambar ketika kusantap...mungkin karena perut ini telah terlanjur kosong dan tak mau di masuki makanan apapun. Tetapi tetap saja ku paksakan makanan masuk ke mulutku walau terasa mau muntah...ini ku lakukan agar tubuhku cepat pulih dari kondisi kecapaian. Segelas kopi menutup makan malamku..minuman ini ku teguk pelan pelan sambil menikmati pemandangan malam dari atas puncak gunung Sumbing...tak terlihat apa-apa seh...karena awan mendung memenuhi pemandangan bawah..hehehe..dan dari gelagar petir yang berulang kali menyambar saut menyaut...aku tau di lereng gunung ini terjadi hujan yang cukup lebat...beruntung aku bisa mencapai puncak pada waktunya sehingga tak terjebak dalam derasnya hujan. aku cukup puas bisa meraih puncak gunung sumbing di pendakian ku yang pertama di gunung ini...sendiri lagee...ya hanya sendiriii...
sunrise sumbing full

Sejenak ku merenung..menikmati malam dalam kesendirian...suara angin menderu-deru menerpa tendaku...memang sih aku terbiasa mendaki seorang diri , tapi tenda tanpa tetangga pun……………. terasa SEPIII................hiks hiks...kemana semua orang ya...kok tak ada satupun pendaki yang naik???tapi sekali lagi positif thinking memberiku harapan sekali lagi..barang kali esok nanti aku bisa bertemu dengan pendaki lain yang sedang Sunrise Attack...tak banyak hal yang bisa kulakukan malam itu..hanya bengong tanpa teman ngobrol...lalu akhirnya ku putuskan untuk tidur di dalam kehangatan sleaping bag..
Jam setengah 4 pagi aku terbangun dengan kaki yang membeku...tampaknya kaos kaki yang berlapis lapis ku pakai pun tak berpengaruh pada dinginnya pagi...segera ku membuat minuman penghangat...segelas kopi pun tersaji...sambil menyeruput kopi aku pun keluar menunggu mentari yang sebentar lagi muncul...perasaanku masih penasaran dengan suara yang ku dengar sewaktu aku naik...tapi sampai langit mengeluarkan semburat merah , bahkan sampai mentari naik di atas ufuk pun tak satu pun pendaki yang naik ke puncak...berarti benar suara ramainya orang yang ku dengar sewaktu aku naik kemarin bukan suara manusia melainkan suara BANGSA HALUS. Setidaknya itu yang bisa ku simpulkan saat ini..
Yah apa boleh buat hari itupun kulewati menikmati pagi di puncak Sumbing dengan seorang diri. Gunung pun seakan milikku seorang..begitu juga dengan sunrise...yang tampak malu malu muncul di balik awan mendung..ada hikmahnya seh naik gunung seorang diri walau kayak orang hilang memang...hehehe...hanya saja....kenapa aku malah membawa kamera analog yang gak ada timer- nya???bodohnya aku...tadinya seh mau minta tolong pada pendaki lain...tapi sekarangpun tak ada yang bisa di minta tolong kan...hahaha….. akhirnya aku hanya ambil gambar pemandangan tanpa 1 gambarpun mengenai diriku...hahaha……… sial memang.
gunung sindoro

Aku pun turun gunung pada pukul 8 setelah menyempatkan diri menyantap sarapan pagi. Aneh juga rasanya makan seorang diri di ketinggian 3371 meter dari permukaan laut..perjalanan turun pun tak sesulit yang ku bayangkan...dalam perjalanan turun pun di sepanjang jalur tak kutemui satu pun pendaki yang mendirikan tendanya. Bekas tenda yang berdiri atau sisa sisa camping pun tak ada satu pun...Sesampai di Base Camp aku pun bertanya kepada penjaga Base Camp tentang ada tidaknya pendaki lain yang mendaki setelahku. Pemilik Base camp pun menjawab tidak ada dan cuma diriku yang naik ke puncak kemarin sambil memperlihatkan catatan buku tamu yang di situ hanya tertulis namaku pada hari kemarin. ini semakin menguatkan dugaan ku bahwa tak ada satu pun pendaki yang kemarin naik ke puncak kecuali diriku...berarti memang benar suara yang kudengar kemarin mungkin memang suara dari penunggu gunung sumbing ini...mungkin juga itu adalah suara Pasar Setan yang semenjak dahulu terkenal keberadaannya di gunung ini…..sungguh pengalaman tak terlupakan ……………
nyampe di bawah baru ketemu orang n bisa minta tolong amblin gambar....

74 komentar:

keren pengalamannya, aku juga pingin naik sumbing lah,, dah bosen nai merbabu terus. nice info

Trims mas bro falco...thank u jg telah berkunjung ke blog ane yg sederhana ini...tapi...
Jangan hanya Sumbing mas bro FALCON...kita yang orang indonesia ini di anugrahi dengan pegunungan yang banyak...coba aja semua...asyik lho...percaya deh sama aku...:D

Boong cerita yg ini sumpah..masak naik puncak gunung sumbing sendirian...aneh..

yang bilang bohong karna lo ga punya nyali buat naik gunung sendirian.
buat pemburu langit ato photogtapher gue salah satunya yang suka naik gunung sendirian. karna niat kita bukan mau piknik jadi ngapain banyak2 ..

@Muhammad Tuzaki...gak ada yang mustahil bro...saya juga gak asal ngarang n ini benar-benar terjadi...n asal tahu aja bro...bukan hanya gng.sumbing...saya malah pernah naik gunung semeru,gunung arjuno,gunung welirang, gunung guntur,gunung papandayan,gunung puntang malabar,gunung patuha,gunung ciremai....semua saya naik sendiri n semua punya cerita dan keangkerannya sendiri-sendiri...mau saya ceritain satu persatu???

@reggie tirtawijaya...sippp mas brooo....saya juga seneng neh ambil gambar-gambar dialam...terutama digunung....cuma budget saya minim jadi bisanya beli pocket kamera gak mampu beli kamera DSLR...hehehe
Jika mas bro berkenan , kunjungi blog ane yang satu lagi neh....
negeriangin-negeriangin.blogspot.com
Sebagian dari hasil jepretan ane aku posting di sini neh...mungkin mas bro berkenan untuk sedikit mengomentari...hehehe

Jadi Pengen Naik Lagi kayak waktu Muda Dulu... Naik Gunung Sendirian Juga .... Dari Gunung Sumbing terus Ke Sindoro... Tapi Sayang dulu belum ada HP untuk ambil Foto... Kenangannya Cuma Bunga Edelweiss

@masjaya: sama mas...dulu waktu saya naik ke gunung ini cuma bawa kamera analog kodak yang pake rol film...kamera digital waktu itu lagi booming-nya dengan resolusi masih 5 mpixel...itu aja mahal bangeeet jd gak kebeli...hehe
Setelah kejadian kayak kisahku diatas (dimana bawa kamera analog malah bingung karena mau ambil gambar harus minta tolong ma orang) aku pun mutusin untuk membeli kamera digital n naik sumbing lagi sendiri lewat jalur garung...
Tp kayaknya gunung ini gak mau di ambil gambarnya dengan diriku deh...soale nyampe puncak , batu A3 yang ku bawa ngedrop waktu sunrise...sial banget kan..hahaha
Alhasil cuma bisa ambil foto di pasar setan n pos 1 kedung...
Masih penasaran nih bro...soal-e 2 kali naik foto yang diambil sedikit banget...hmmm kapan neh naik ke sumbing lg...

@masJatiP: salut mas! sudah berkali2 solo jalan2 ke gunung. u/ sbuah kisah menikmati gagahnya Sumbing, saya akui benar memberi kesan yg menarik untuk dikenang. apalagi sdikit nyerempet dgn hal "mistis"nya...hehehe.
Dulu sy bersama 3 orang teman jg sempat mengalami hal ganjil jg, tp yg ini..memang benar2 kami ber4 sama2 sadar dan akhirnya ketakutan. gak tau apa memang kebetulan apa memang kebetulan...hehehe..
kami terjebak badai di Pos 2 (dlm sesi ini, kami start Via Kaliangkrik, brangkat habis isya dari rumah Mas Lilik (Pak Kadus).... ktika di pos 2, terpaksa kami mendirikan tenda, maklum,,stamina yg drop karena dingin dan habis kehujanan plus terhadang badai hujan lebat. Tiba2 setelah kami selesai menikmati nasi+mie rebus dan kopi jahe,,,kami duduk2 didalam tenda,sambil menyelonjorkan badan di dalam sleeping bag masing2... Tiba2 ada ibu2 dgn pakaian seperti orang biasa datang dari arah atas (sepertinya dugaan sy sketika itu jg beliau hendak turun ke bawah) dan berdiri di depan tenda kami dan berbicara pada kami, tapi,,,yg bikin kami hanya kliatan org bego wktu itu,,beliau berbicara nya dgn nada memerintah dan keras. kata beliau (bahasa indonesianya gini) "sudah! kalian turun! jangan naik,,,sudah ayo lekas turun!"....
Nah,,,dlm ke-bengong-an beberapa detik ketika ibu itu bicara sampai ibu itu berlalu pergi (beliau menuju ke bawah)... sy berpesan kpd salah satu teman sy tadi, agar menanyakan ibu tadi sebelum si-ibu tadi pergi , apakah di atas hujan sangat lebat..dgn segera si-teman ini segera keluar tenda dan memanggil si-ibu tadi untuk skedar bertanya kondisi di atas,,, gak taunya mas.......
temen saya kayak org bingung,,,eh! ibu tadi mana? gak ada... Hmmmmmmm....serentak dah, kami smua keluar tenda dan ikut melihat suasana,,,dan betul...dgn jarak pandang makadam yg terlihat jelas ke bawah,,,, tidak ada sosok seseorang ...padahal mas,,, perkiraan selang waktu antara ibu tadi berbicara di dpn tenda dan kami bersama2 keluar tenda mencari si-ibu,,,, gak ada dalam hitungan 60 detik. Bisa sdikit dibayangkan ya? hehehe.... dan setelah selang menit baru kami berempat sepemikiran,,, oh iya,,,,kok ya bisa jam segini ,,di jalur ini,,, ada wanita,ibu2 pula,,, datang dari arah atas - menuju ke bawah,,,dan sebentar menyampaikan "pesan lagsung" agar kami tidak meneruskan perjalanan semakin ke atas,,,
dan.......... terbukti,,, katika kami turun , dan sampai kembali ke rumah pak kadus,,, hujan lebat-diiringi suara gemuruh kilat halilintar lagi ramai di atas....dan.... dalam kehangatan suasana rumah pak kadus,,, Mas Lilik (pak kadus) pun ikutan bersua bersama kami berkata: "Alhamdulillah mas,,,mas-mas-nya ada yg ngingetin tadi... sudah gak pa2,,besok2 lagi aja kesini lagi...".......tiiiiiiiiiiiiiiiiiiiitttttttt
saya jadi gak bisa tidur malam itu,,,sambil sdikit2 mikir,mbayangin,n meraba2.... "SIAPA SI-IBU2 TADI YA?"
Yang jelas, Bukan lah Ibu2 naik sepeda motor, sein kiri, dy beloknya ke kanan,,,,hahahaha.
Wah! jadi curhat nih... :-)

Saya jadi terharu baca cerita mas ngendaki gunung sndiri'n jdi pngin nyoba tpi perkap saya gak lengkap krna keadaan biaya hehe, lgy'n juga kn kita hrs bertemen dngn alam apa lgy alam ny itu di indonesia di ibaratkan rmh kita sndiri hehehe
Sekali lgy saya ucapin salud buat mas ������

@arbyanto : sungguh kisah yang menarik mas...harusnya dibuat artikel kaya kisahku diatas...
BTW...bila sesama pendaki gunung bertemu...apalagi didepannya ada api unggun dan ditangannya ada segelas kopi , biasanya yg terjadi kemudian adalah saling cerita dan tukar pengalaman...hehehe...jd wajar aja sih kalo mas bro jd cerita banyak...hehehe :)

@ageng rachmat : kalo soal perlengkapan...dulu saya nyicil satu demi satu...sekarang alhamdulilah sudah komplit neh...
Dulunya juga sewaktu pertama kali saya mendaki seorang diri , perlengkapan saya pun gak komplit mas...pernah saya mendaki gunung wilis seorang diri dan kehujanan di basecampnya..buru buru saya ndiriin tenda...tapi swaktu saya masuk ke dalamnya , tubuh saya tetap aja basah karena bahan dan tipe tenda yg saya bawa tak mampu menahan air hujan(tenda yang saya bawa tipe tenda pramuka...hehe)...untung saja saya bawa kantong plastik yg cukup panjang yang cukup untuk menutup seluruh badan sehingga tubuh agak sedikit lebih hangat...selepas pendakian ini saya pun membeli tenda dome dan selalu membawa jenis tenda ini tiap kali mendaki...
Terus ada juga pengalaman saat mendaki ke Gunung Kelud...waktu itu juga sendiri...saat itu kompor yang saya bawa adalah jenis kompor Parafin...nah sewaktu mau masak air ..saya kebingungan bukan main..karena mau bakar parafin api selalu saja mati terkena angin kencang...terlebih korek yang aku bawa adalah korek pentol yang ngehidupinnya di gesek...ya udah kompor pun gak bisa nyala sama sekali...mau masak di dalam tenda takut kebakar...akhirnya saya cuma bisa makan mie instan mentah-mentah...selepas kejadian itu saya pun kemudian selalu membawa kompor jenis gas yang mudah nyalainnya...
Intinya mas bro...selain lengkap , peralatan pun harus di perhatikan juga mutu dan kualitasnya apakah sudah memenuhi kriteria dan standar...

Keren mas pengalamannya...niat banget yaa naik sendirian hehe
Kalo naik gunung slamet pernah ga?

Tgl 4 kmarin abis dari sana via garung, ngos ngosan mklum jrang olahraga tpi seruu

Iya bro, dulu ane jg selalu naek gunung berame2 palink dikit cm b2, tp jiwa adventure sejati ane kluar, rasanya butuh tantangan baru, akirnya ane nekat k gn salak sndirian hari weekdays pula, walobga ngalamin kejadian aneh2, tapi bener2 uji nyali banget, yg blm ngrasain silahkan dicoba kalo emnk
penyuka tantangan

Bagi yg belum ngerasain pasti g akan percaya, klo pengalamanku naik sumbing yang aku alami walau sebetulnya aku tak mendengar sama sekali, yg mendengar 2 orang temenku, seperti suara orang berteriak dg suara berat menggunakan soundsystem di arahkan kedua telinga. Spontan meraka lari menerjang aku hingga terjatuh dan aku liat kedua temanku jatuh jungkir balik, alhamdulillah aku tak mendengar samasekali, jika ikut mendengar akan beda cerita , karena aku yg paling belakang menjadi pagar penghalang jatuhnya temanku, d belakang ku adalah jurang yg tak kami sadari, dengan terpaksa kita turun lagi ke base camp menunggu pagi untuk pulang, tak mau ambil resiko meneruskan ke puncAk, berangkat naik dr base camp sekitar jam 4 sore, pas dengar suara itu sekitar jam 8 mlm, turun ke base camp kurang lebih setengah jam,hanya sekitar setengah jam padahal dari tengah2 pos 3,, jika tak mengalami sendiri mungkin tak akan percaya, bagi yg ingin pembuktian silakan ,aku mendaki lewat jalur mangli kaliangkrik ,
Muncak yg kedua kalinya sukses lewat jalur garung , sampai puncak sejati tak berani memandang ke bawah yg jalur kaliangkrik, masih trauma soalnya,

Kerenn om.saya ke merbabu sendiri ,start abis isya , sendiri untung jalan 1jam ktemu rombongan pendaki lain eehehehe, wktu tu lewat jalur wekas

sumbing keren kpn bsa naik lgi..

bukan itu maksudnyaaa. masa digunung g ada satu orangpun... aneh ini cerita bhong bangetttt foto2nya jg ngambil dimana ntah...

Lho pada zaman saya , naik gunung itu gak seperti sekarang bro...gak ada pendaki alay macam sekarang....peminatnya pun sedikit...jadi orang yang suka mendaki gunung pun bisa dihitung dengan jari...apalagi bila musim hujan tiba...wah pada males deh naik gunung...saya mendaki juga di jalur cepit yang waktu itu juga kurang populer dibandingkan dengan jalur garung...mendaki waktu musim hujan n di jalur yang kurang populer tentu saja peluang ketemu manusia sedikit banget...bahkan waktu itu tak ada satupun pendaki menuju ke atas...baru saat saya turun ketemu dengan pendaki lain yang hendak naik di pos 2..3 orang asal jakarta...ya memng apes saya saja waktu itu gak ketemu pendaki lain waktu naik...masalah foto itu asli dari gunung sumbing...saya foto pake kamera fuji asa 400...kemudian saya cetak...n selanjutnya saya scanner supaya bisa masuk komputer...makanya resolusinya pun kurang bagus...foto itu hampir semua pemandangan karena mmg ga ada yang ngambilin gambar wong mau minta tolong sama orang aja ga ada yang dimintaain tolong...mau foto sendiri juga juga ga da timernya...baru dibawah sewaktu turun saya ketemu pendaki asal jakarta tadi bisa minta tolong ambil gambar pake kamera yang waktu itu masih kamera yg pake rol film seharga 160.000

Wah kalo slamet..ane dulu pernah coba bro...start dari rumah kawan di karangjati pagi...itu aja naik motor...sendiri lagi..nah singkat cerita setelah perjalanan hampir 5-6 jam melewati kota sumowono-temanggung-parakan-kledung-wonosobo-banjarnegara-purwokerto , sayapun tiba di base camp BAMBANGAN...tapi begitu saya mau minta izin n nitipin motor , ternyata jalur pendakian malah di tutup...n dilarang naik oleh penjaga base camp...karena saya udah ndongkol setengah mati , akhirnya saya pulang lagi ke semarang...sebenarnya sih mau mampir n nge-camp di GOA LAWA...tp karena kuluhat cukup rawan tempatnya...akhirnya saya pulang ke semarang...sampe sekarang pun gunung ini merupakan satu-satunya gunung yg blm pernah ku daki...n jd impian yg belum terwujud hehehe

Kalo merbabu dah 3 kali mas...tp blm pernah muncak sendirian sih digunung ini....

Gunung salak aku malah belum pernah nyoba mas...pingin ke sana sih...

Memang bagi yang belum pernah ngalami pengalaman mistis di gunung pasti banyak yang bilang gak percaya....

Ikutan komen ah..
Hehheee
Salut saya sama kawan pendaki yg berani solo. Saya beberapa kali mendaki sekali keroyokan minimal 3 orang maks 8 org, klo sendiri kok blm berani.. Hehehehee
Alhamdulillah di pendakian saya blm pernah ada aneh2, dan semoga saja ndak akan pernah karena saya sendiri insyaallah selalu niat mendaki karena ingin lebih dekat dengan Tuhan lewat alam indahnya, kemudian mendaki adalah silaturahmi bagi saya.
Ayo mas Januari ke Slamet...

Ke merbabu semua jalur udah pernah semua aku hhhh,, yg paling berat suwanting ,, ampun dah,,

Sepertinya saya mendengar cerita yg mas bro sampaikan dari pak kadus d base camp sewaktu gagal mendaki,, eh gak taunya malah ketemu di sini,, waktu saya juga g bisa tidur msh kebayang walau tak mendengar samasekali,, sebelum ny ada orang jogja juga gagal dg alasan kelebihan beban,, salam kenal mas bro

Gunung Arjuno mas ceritain juga. Itu kan juga serem. Ngomong2 mas sudah pernah naik gunung anjasmoro belum?

Gunung Arjuno jg pernah dulu mas...pd waktu itu naik 1 hari sebelum 1 suro lewat jalur Purwosari...wktu musim hujan lagi....sendiri lagi walau memang ketemu banyak peziarah sampai pos Wahyu Makutrama dan akhirnya nginep di pos ini karena saran seorang peziarah tua saya lupa namanya...malan harinya saya malah diajak syukuran sama bapak ini yang saya kira kuncen dari petilasan wahyu makutrama ini...bahkan waktu hampir tengah malam saya di ajak nglakuin ritual mandi di sendang tak jauh dari wahyu makutrama ini..katanya ini untuk membersihkan dan menjaga diri saya dari gangguan selama menuju puncak...esok jam 3 pagi saya bangun hendak menuju puncak...ternyata tak ada yang berminat ke puncak pdhl hari sebelumnya saya telah berjanji dengan beberapa peziarah untuk ke puncak bareng...mereka pada tidur dan tak bisa di bangunkan seolah terkena ilmu sirep...waduhhh...tp karena niatan saya datang jauh-jauh ke gunung ini memang hendak ke puncaknya , sayapun akhirnya naik seorang diri di pagi yang buta itu...dan memang banyak kejadian yang diluar nalar pikiran selama menuju puncak...penampakan makhluk gaib , so pasti bro...dari yang mirip kera atau lebih kerennya gendruwo , mbak kunti , peri , bahkan pendekar bercaping...ada semua. Tp mereka semua gak ganggu kok...entah ini karena ritual yang kujalani semalam atau apa....dan satu yang aneh pula , seolah ada yang memandu kaki ini melewati jalur yanh belum ku kenal ini...bahkan saat saya sedikit kebingungan ada dua ekor burung jalak yang turun nunjukin jalan ke puncak....dan di perjalanan ke puncak ini saya benar2 di uji ketabahannya...karena sewaktu menuju puncak , saya ingat betul telah memasukan 1 botol aqua 1/2 literan ke tas. Tapi anehnya botol minum ini seperti raib tak berbekas...bayangkan jalan kaki selama hampir 4 jam tanpa air minum...nah karena sudah haus bukan kepalang saya pun akhirnya mengais air embun dan sisa air hujan di daun dan bunga-bunga...tidak banyak memang...tp lumayan buat penghapus dahaga....setelah berjalan hampir 4 jam akhirnya saya pun tiba di puncak...gak dapat sun rise sih tapi sudah tiba di puncak pun saya bersyukur...saya sempat bertemu dengan grup dari mahasiswa malang yang ngecamp tak jauh dari lokasi puncak...nama milisnya saya lupa...saya pun gak berlama-lama di puncak karena mendung masih menggantung dilangit...saya pun turun kembali
Di perjalanan turun ada 1 kejadian yang hampir membuat celaka...karena entah dari mana kaki kiri ku ada yang menahan...sekilas seperti tangan cewek...kejadian ini terjadi saat menuruni sebuah turunan jalur yang tajam sehingga saya hampir jatuh terjungkal kalo saja saya tak bisa mengimbangi tubuh ini...sewaktu menoleh balik tak ada apapun di sana
...saya pun kembali berjalan dengan penuh ke was-was an dan akhirnya sampai di wahyu makutrama dimana saya bertemu keramaian kembali...

Nek gunung anjasmoro pernah dengar mas...cuma dulu mungkin belum ada basecampnya jd kurang populer...klo boleh tahu kalo mendaki ke gunung anjasmoro lewat mana ya mas?

ane jga pernah ke gnung sumbing ber.4... dan nggx ktemu rombongan lain.... cerita dikit kami ber.4 naik sumbing lwat desa banyu mudal wonosobo.... start jam 4 sore.... kondisi grimis, jam 6 kami istirahat makan dan ngopi.2... skitar jam 8 kami siap.2 mlanjutkan perjalanan... dan aneh nya senter yg kami bawa mati semua, kmi memutuskan untuk bermalam disitu... trnyata senter yg kami bawa rusak smua kog rusak bisa barengan y.... hal mistispun sudah terasa wktu yg lain tidur dan hanya tersisa saya seorang sya mndengar suara langkah kaki di luar tenda, sya intip nggx ad apa.2... trus sya ikutan tidur, pagi hari jam 5 kami mulai mlanjutkan perjalanan ke puncak.... alhmdulillah lancar ditengah perjalanan ad batu besar dan ada bekas kemenyan bakar dan koin 100 perak... kmi istirahat disitu kmi ttap jga sopan santun kami.... krna efek nanjak siang hari kami sring istirahat sampai puncak jam 1 siang.. nggx lma di puncak kami turun dan sampai di batu besar tdi... kmi istirahat lagi disitu sambil makan... kmi memandang ke bawah dan mlihat jlur yg akan kmi lewati jlas trlihat... tpi anehnya bberapa mnit prjalanan kmudian kmi lngsung khilangan arah... kami tersesat kmi mncoba ncari jalur ttep tidak ktemu... sampai akhirnya kami pasrah mngikuti jalur yg ad... glap pun mnjelang... sesampainya di hutan.2 kami lngsung disambut ribuan kunang.2 kmi smua kaget... dlm hati kami takut, soanya kunang.2 itu hanya ngumpul dlam satu tempat, tempatnya selebar pejarangan rumah lah nggk trlalu luas... dlm hati kami tkut, kog di sana nggx ada kunang.2nya y... kmi trus brjalan mlm hari tanpa senter, dan anehnya kmi tersesat tpi jlannya sangat enak di lalui, dlm hati sya berkata mungkin ini bkan tersesat tpi pnjaga gunung sumbing tahu senter kami mati trus di tunjukan jln yg lbih enak dilalui... di prjalanan turun kami br.4 mlihat ada cahaya kmi kira sudah dkat perkampungan ternyata bukan... cahaya itu trus ada di balik semak.2 dan ada di dpan kmi, kdang hilang kdang muncul lagi... waktu chaya itu bner.2 hilang pas kita udah sampai di ladang pnduduk.... akhirnya kmi sampai kampung, tpi kampung yg lain bkan kmpung banyu mudal(base camp) ... kmi memerlukan waktu bberapa jam untuk sampai ke kampung banyu mudal... sekian cerita jadi banyak y...

Wah cerita yang cukup menyeramkan...walau gak ada penampakan mahkluk gaib , tp tersesat di gunung merupakan pengalaman yang mendebarkan...soalnya di situ hidup dan mati kita di pertaruhkan....

Akhir maret 2017 ini mas..rencana mau ke slamet...wish me luck ya...hehe

Keren ...lanjutin terus mas bro...

Salut mas jati..masih terus mendaki..
Rasanya pingin lagi naik gunung..
Mungkin Agustus ke Kelud..maklum tenaga sudah ngos ngosan..
Kalau dulu minim peralatan..sekarang ada uang semua alat ada..
Salam ..

Salam balik mas bro...
Wah Gunung Kelud ya...masih inget deh waktu saya ke Kelud neh...rasanya kaya ora bego deh waktu itu...hehe...betapa tidak niatnya mau tracking dari base camp...taunya di gunung ini gak ada base campnya...udah gitu dari bawah sampai puncak jalannya sudah di aspal semua...jadi waktu itu saya sendiri yang jalan kaki sementara pengunjung lainnya pada naik motor n mobil...kelihatan kan bodohnya....hahaha
Tapi saya suka gunung ini...pemandangannya indah sekali walau danau di puncak sudah raib di ganti dengan "anak gunung kelud"...
Selamat mendaki kembali deh mas bro...

ane malah pengen kesemeru mas hehe. tapi ga ada yg mau di ajak, mau brangkat sndiri males. huhu

Wah keren mas, salut sama anda yg udh mendaki sendirian ?
Ngmong2 semarang nya mna mas
Ini aku jg dari semarang
Siapa tau bisa mendaki bareng

@rizky : Berangkat aja dulu...nanti sesampai di Base Camp Ranu pane gabung ama grup lain...namun jangan lupa untuk nglengkapin syarat perizinan diantaranya surat keterangan sehat dari dokter n juga foto kopi...krn dari semua gunung di pulau jawa gunung ini paling ribet soal perizinan selain gunung gede pangrango...

Hahaha...boleh juga tuh mas...
Saya semarangnya daerah jatingaleh mas...

Kontak mas, sapa tau bisa join

silahkan untuk agan semua bisa dilihat refrensi artikelnya buat yang mau ke sumbing dengan murah naik kereta silahkan baca artikel saya : http://juraganilmu.blogspot.co.id/2017/04/keindahan-pendakian-gunung-sumbing.html

silahkan untuk agan semua bisa dilihat refrensi artikelnya buat yang mau ke sumbing dengan murah naik kereta silahkan baca artikel saya klik link diatas

Aku sendiri blm pernH mendaki .. seperti apa rasa nya..
Pernah di ajakin teman mendaki g.lawu.. giliran hari H ee malah ada job dadakan.. gagal lg dehh..
Sperti yg aku baca2 komen tmen2 di atas.. mendaki capek bgt yaa??

salut mas yg terbiasa naik gunung sndirian.kalo aku sih slalu berdua sama temen seperjuangan. pernah waktu ke wilis via roro kuning nganjuk,brangkat berdua jam 7 malem, kita bener-bener cuma berdua aja,tak ada pendaki lain.pas di pos kamituwo glundung (pos1) kita udah disasarin sampe ke sungai antah berantah.balik lagi dan nemuin jalur yang bener,drama berlanjut lagi di pos watu lanceng.disitu kita istirahat tiba-tiba ada orang dari atas berpakaian biasa, bawa senter tangan tapi kecil, berhenti sebentar kekita sambil bilang "hati-hati ya mas,kalau hati mas bersih pasti selamat sampai pulang kembali". kita heran,siapa orang tersebut tiba-tiba dateng ngomong gitu.waktu kita lagi bengong, orang itu udh turun dan ilang gak tau kemana.kitapun akhirnya melanjutkan perjalanan. Alhamdulillah jam 11 malam kita sampai di pos Sekartaji (camp area).disini kita mendirikan tenda, dan emang cuma berdua disini,gak ada pendaki lain. tapi justru ini yang kita cari,mendaki ditempat yang masih sepi,karena tujuan kita kan emang cari tempat yang tenang dan nyaman,dan tentunya bisa merenung sambil menikmatmati alam ciptaan Tuhan. gak ada teriakan lebay, keriuhan diwaktu jam istirahat, maupun suara mp3 di speaker dengan volume maksimal. sungguh indah kalo kita mendaki ditempat yang sunyi. Jadi inget waktu awal-awal mendaki dulu waktu gunung masih sepi (kecuali semeru,sejak bahuela emang udah rame tiap akhir pekan,hehe).
maap2,jadi curcol nih.hehe

Ya capek sih iya mas bro...tp capeknya tuh capek senang ,capek puas...senang karena dapat melihat indahnya dunia dari salah satu titik tertinggi di dunia...puas karena berhasil mengapai puncak gunung tertinggi...suatu perasaan yang tak akan dimengerti oleh seorang yang belum pernah mendaki gunung...
Makanya mas bro...cobalah 1 kali aja n saya jamin mas bro pasti pingin mendaki lagi...

Wilis ya mas...saya juga pernah punya pengalaman di gunung ini.. .
Waktu itu saya memperoleh info dari pendaki di gunung lawu tentang gunung ini...jarak 3 bulan kemudian saya pun mendaki ke gunung ini lewat jalur roro kuning...singkat cerita saya tiba di roro kuning yang terkenal sebagai bumi perkemahan waktu itu...menurut info ada 2 jalur ke puncak dan saya pun memilih jalur ke puncak limas yang merupakan puncak tertinggi gunung ini...tp rupanya jalur ke puncak ini terhitung sulit dan pada akhirnya saya malah kesasar ga karuan...karena hujan yang turun tak kunjung berhenti dan tak ada kepastian jalur saya pun kembali ke roro kuning dan mendirikan tenda di sini...puncak drama pun terjadi dimana hujan semakin deras dan tenda pramuka yang kubawa tak mampu menahan air yang mengalir di atasnya...akibatnya di dalam tenda basah tak karuan...pakaian , tas ransel, sb basah semua...tak ada yang kering...kedinginan dan menggigil , aku pun mendekam di tenda ini seorang diri...untungnya saya membawa plastik yang cukup panjang yang dpt di gunakan menutup badan shingga kondisii badan sedikit hangat...paginya saya pun memutuskan untuk pulang dan membatalkan mendaki ke puncak gunung wilis...
Pelajaran yang saya ambil dari pendakian ini adalah untuk tidak membawa perlengkapan yang kurang memadai dan mendaki gunung sebaiknya di sesuaikan musim dan waktunya....
Hahaha jd curcol juga nih...hehehe

Hahaha..anggap aja lagi ngobrol didepan api unggun mas..
Emang ada 2 mas yang via rorokuning.yg di pos kamituwo glundung itu kalo kekanan ke puncak Limas juga,tapi jalurnya sungai tapi sekarang udah ditutup (tahu stelah pulangnya dikasih tahu sama P. Purwanto,orang perhutani setempat). Yang jalur aman yang ke kiri mas.
Emang sih gunung wilis (P.Limas) tingginya "cuma" 2300 mdpl, tapi disini medannya pedes banget, badai yang sering datang tiba-tiba, track yang sering hilang karena jarang didaki, ditambah lagi tanjakannya yang tanpa bonus di 3/4 total tracknya. Tapi jangan tanya keindahannya, 2 titik yg mnrutku paling indah itu di pos lapangan & pos pospan.savanahnya keren abiz mas..
Saran aja nih mas,kalo mau mendaki wilis lewat jalur lama ini emang harus sama teman yang udah pernah kesitu. Soalnya problemnya sih di tracknya yang sering hilang itu dan banyaknya percabangan jalur. Tapi sekarang wilis udh ada jalur baru yang lumayan landai dan jalurnya jelas kok mas.saya sendiri udah 3 kali nyoba lewat jalur baru ini, emang gak terlalu berat, tapi serasa gak ada tantangannya.hehe

Sorry maksud saya puncak sekar taji bukan puncak limas mas...kalo ada gak nya puncak sekar taji itu saya juga gak tahu sih mas...hrhehe itu kata orang setempat kok...hahaha

Nah itu dia mas...
waktu itu saya tanya pada penjual setempat "mana jalur ke puncak?".
Eeee malih balik di tanyain" mas mau ke puncak yang mana?disini ada 2 puncaknya mas. Satu puncak liman dan yang satunya lagi puncak sekar taji"...
terus saya tanya balik "lha puncak yang paling tinggi yang mana pak?"...
" puncak sekar taji mas...kalo mau ke puncak ini lewat jalan ke kanan yang turun itu mas...ntar nyebrang jembatan lalu belok ke kiri...nah nek mau ke puncak limas terus aja ikuti jalan menanjak di samping air terjun roro kuning itu"
Ya udah kan karena rasa ego yang tinggi dan tergesa-gesa saya ikutin deh jalur ke puncak sekar taji itu. Tapi setelah jembatan saya belok ke kiri malah saya sampai diladang penduduk. Jalan menanjak terus dan hujan mulai turun...hari mulai petang...jalan setapak pun makin lama makin menghilang dan hujan semakin deras. Setelah 1 jam saya mencari jalan n gak ketemu akhirnya saya pun menyerah dan kembali ke roro kuning dan terjadilah drama di atas....
Begitulah mas...itu info yang saya dapat dari orang setempat...bodohnya saya kok gak mau cari info yang lebih deteil lagi tentang jalur gunung ini...suatu pelajaran yang berharga yang layak diceritakan...hahaha
Jangan pernah meremehkan gunung serendah apapun ketinggiaannya , semudah apapun jalur pendakiaannya....

Akhir Maret kemarin jadi mas ke G. Slamet.?
Saya ndak jadi kesana karena pas cari info dimana-mana sedang badai. Akhirnya di bulan Februari awal saya mengganti lokasi jadi ke Merbabu, itupun karena nduruti teman2, padahal saya sudah feeling kok cuaca kayak gak bagus, benar saja waktu sampe Merbabu lwt jalur Gancik, Selo, sama pemuda dan bapak penunggu basecamp disuruh menunggu sampai hujan reda kalau mau naik karena rentan badai, tapi ndilalah e kok sampe basecamp ketemu remaja2, yg mana antara semangat dengan intuisinya belum berimbang sama sekali, padahal saya sudah bilang dengan kelompok saya untuk menunda pendakian sampai esok pagi mengingat dari siang sampai Maghrib anginnya kencang dan berkabut tebal, benar saja ketika pendakian dipaksakan, dari mulai masuk hutan angin sudah gak karuan, pohon2 muda banyak yg patah dahan atau batangnya, dan menjelang pos 1 kami ketemu dengan 2 pendaki yg basah kuyup karena tendanya diamuk badai di pos 3, benar saja semakin tinggi badai semakin kuat, dan saya memutuskan untuk ngecamp di pos 1 dan ternyata di pos 1 tenda sudah penuh, kami mendirikan tenda dengan susah payah karena angin yg kencang.

Weleh gak jadi ek mas broooo...sehari sebelum hari H-nya...saya malah kena musibah...saya malah masuk rumah sakit n di vonis sakit usus buntu n butuh penanganan segera untuk di angkat alias di operasi...Disitu saya merasa sedih..pas mau berangkat malah sakit yang parah..
Adik laki-laki saya yang ikut berangkat mendaki ke gunung slamet ini , sepulangnya malah pamer foto-fotonya saat mendaki n saat di puncak gunung slamet..aduh tambah nyesellll...tapi mau gimana lagi...
Sampai saat ini saya masih dalam masa penyembuhan setelah operasi brooo...tanggal 17 agustus nanti rencana mau coba mendaki...tapi paling cari gunung yg rendah n medannya ga sulit sbg pelatihan awal tubuh ini pasca operasi....

Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

Widiih jadi pengen ikut comment nih pas pendakian gunung sumbing, kami jalan ber3 dari depok, sesampainya di basecamp kami bertemu 2 orang pendaki lain dari kota yang berbeda, kami jalan ber 5, tidak ada yang aneh karena kamipun jalan pada pagi hari dan begitu banyak pendaki, namun ketika matahari mulai terbenam cerita mistis pun dimulai..
Aku sempat tidur cukup lama sejak itu aku tidak sempat melihat jam kira2 waktu sudah menunjukan pukul 12 malam karena sudah tidak ada suara lagi disekitar kami, suara orang berjalan pun tak ada selain suara orang ngorok, saat itu kami mendirikan tenda dibawah pestan, saat teman2 yang lain tengah tidur nyenyak aku dan satu orang temanku mendengar ada suara orang yang tengah makan diluar tenda kami, kami ingat jelas pada saat itu kami meninggalkan sop bakso yang masih tersisa diluar tenda, kami berdua sempat berfikir itu adalah suara babi hutan yang sedang makan sop kami dan suara ciplak makannya pun terdengar sangat jelas, namun ketika kami ingat ingat lagi, kami memasang plastik dibawah peralatan masak kami sebagau alas antara penghubung 2 tenda ini, setidaj ya seharusnya jika yang makan ini punya kaki maka akan timbul suara ia menginjak plastik, namun tidak sama sekali dan angin berhembud semakin kencang dan suara dedaunan yang jatuh ke atas tenda padahal seingatku tidak ada pohon yang tinggi disekitaran tenda. Saat teman teman lain sudah bangun kami berdua bertanya pada anggota lain apakah sop bakso berceceram kemana mana? Tetapi mereka menjawab semuanya masih rapi seperti sediakala, wAllahualam

Ternyata mas jati seorang bloger baru tau saya ๐Ÿ˜๐Ÿ˜๐Ÿ˜ semangat terus mas nulis blogernya

Iya neh mas brooo...kemarin mau mendaki ke merapi sebenarnya...mau cari bahan blog sekaligus mencoba fisik pasca oprasi usus buntu...taunya malah di ajakin nanjak ke sumbing...hehehe...
Makanya saya sedikit males ambil foto...disamping waktu terlalu singkat , juga fisik lagi drop...tp alhamdulillah masih bisa nyampe puncak buntu juga...

Sippp mas bro ceritanya...mungkin itu salah satu penunggu gunung sumbing yang ingin menyapa aja...gak apa asal gak ganggu..:)

Sippp mas bro ceritanya...mungkin itu salah satu penunggu gunung sumbing yang ingin menyapa aja...gak apa asal gak ganggu..:)

Soal pasar di gn sumbing ini,
Bisa saya konsultasi dg sampeyan ?
Sbnrnya ini gak mau saya ingat2 lagi, tp, ini menghantui tahun2 kehidupan saya.

Terimakasih sblmnya.

Salam kenal juga neh mas eriktheaa...
Boleh saja mas...mas mau nanya apa neh soal pasar di gn sumbing nie?

Bismillaahirrahmaanirrahiim.

Saya mendaki 9 orang,
Jam 11 malam, berdua dg teman, saya tertinggal dari rombongan.

Saya melihat sendiri pasar tsb malam itu, saya ingat detailnya, sangat ramai.
Saya hanya bisa berlari naik sampai bertemu rombongan.
Singkatnya, keesokan harinya rekan saya tsb jatuh, dan pergi selamanya.

Yg saya ingin tanyakan,
Apa yg harus saya lakukan stlh kepergian teman saya ini ?
Apakah dia bisa pergi dg tenang dan menghadap rabb nya?
Atau apakah dia tertahan di gunung tsb?

Apa yg bisa saya lakukan?
Saya merasa spt harus melakukan sesuatu, tapi apa ?
Saya berharap ada pencerahan.

Saya tidak berani menceritakan kpd keluarga almarhum, khawatir mrk berfikiran sama, jika anaknya tertahan disana.....
Juga tdk saya ceritakan ke 7 orang teman lain, menggotong jasad sambil menangis dg darah disekujur jaket kami sdh membuat trauma yg ingin kita lupakan.

Fyi,
Kami tidak melakukan perbuatan yg buruk selama pendakian disana, tp tetap hal itu terjadi.

Terimakasih sebelumnya
Salam
Erik Prabowo

Salam balik mas erik prabowo
Maaf agak kelamaan balesnya...baru habis treveling neh n di tempat yang saya tuju sinyal gak ada sama sekali...so baru bisa replay hari ini...
Pertama neh mas...bagi kita yang manusia pd umumnya n para pendaki khususnya , melihat kejadian supernatural atau kejadian gaib atau bahasa kerennya "setan" ; merupakan sesuatu yang kadang tak bisa diceritakan oleh orang lain. Malah kita bisa dianggap orang gila terkadang. Itu realitanya mas bro...
Tapi jika seorang pendaki di perlihatkan sesuatu yang gaib kemudian setelahnya terjadi sesuatu entah itu buruk atau baik , saya percaya ada suatu alasan tertentu di balik semua itu. Dalam kasus mas erik mungkin ada sesuatu yang di lakukan oleh salah satu dari anggota rombongan mas erik entah di sadari atau tidak...

Kedua , dalam kepercayaan saya orang mati itu sudah di takdirkan oleh yang kuasa. Jangankan di gunung , saat anda membaca tulisan saya ini jika mau bisa saja nyawa anda langsung di cabut.
Namun demikian hukum sebab-akibat tetap berlaku. Sebab yg melatari kejadian dan akibat yg berakhir kematian.
Dlm kasuk mas erik apa yg menyebabkan dan mengakibatkan kematian pd rekan mas. Benarkah sudah wajar dan semestinya?benarkah sebabnya cuma jatuh saja?
Untuk tahu semua itu , kesalahan dan adanya keterlibatan hal gaib dlm kjdian tersebut ; ada baiknya mas bertanya pada yang lebih tahu mengenai dunia gaib ini. Orang sekarang menyebutnya paranormal tp saya lebih suka menyebutnya " orang pinter" atau "wong tuo". Tentu mas erik paham yg saya maksud ini...
Tentu saja saya menyarankan untuk tidak melakukannya sendiri...jgn di pikul sendiri mas...mas boleh gak cerita ke keluarga almarhum tp libatkan juga anggota yang waktu itu ikut mendaki bersama mas erik dan almarhum....kita sebagai pendaki berangkat mendaki ke puncak membawa beban yang sama. Sama rasa , sama menderita dan sama bahagia...
Untuk itu , kumpulkan temen mas. Ceritakan apa yang mas rasakan. Sampaikan usul mas untuk mencari bantuan ke orang pintar. Lalu minta pendapat ke mereka...
Cuma untuk mencari " orang pintar" pun mas juga harus hati2 karena zaman now , banyak orang pinter yang bisa melihat tapi tak banyak orang pinter yang bisa menyelesaikan atau membersihkan...

Begitu saran saya mas...
Semoga bermanfaat...

Terimakasih mas Jati,
Saya sdh sharing ke dua org rekan sesama pendakian dulu.

Mungkin saya tunggu respon mrk dulu, kelihatannya mrk butuh waktu jg utk berpikir.

Suwun

Kalo aku pengen gunung kembar.....

Salut buat mas @jati parianto..
.nyali anda besar ๐Ÿ‘ lain kali klw muncak sumbing bareng saya , biar ada yg foto in ๐Ÿ˜‡

Hahaha....boleh aja mas...tapi udah beralih ke kamera digital n hp mas bro....kan ada timernya....tinggal pasang di tripod atau tongsis...kita lari...pose...tunggu waktu habis n jepreeet....
Jadi deh foto-nya....
Kalo fotonya jelek atau tak sesuai di hati....tinggal ulanh lagi....hehehe

Aku juga pernah ndaki sendirian masbroo, tapi di andong..
Kemarin juga habis naik naik sumbing via bowongso.

Posting Komentar