Senin, 10 Agustus 2015

Pengalaman Mistis di GUNUNG SUMBING (Pendakian seorang diri)


 .
sunrise sumbing
Seperti yang kita tahu , Gunung Sumbing merupakan gunung yang telah terkenal dengan keangkerannya. Tidak sedikit pula pendaki yang pernah merasakan pengalaman mistis di gunung ini. Termasuk salah satunya saya...Peristiwa ini terjadi sudah lama sekali. Tapi saya pikir tak ada salahnya menceritakan kembali untuk sekedar berbagi pengalaman. Berawal dari liburan panjang , saya mulai merancanakan perjalanan mendaki gunung. Tujuan pendakian kali ini adalah gunung yang telah lama menjadi impianku untuk menjajal lerengnya , ya...Gunung Sumbing. Berulang kali saya mencoba membentuk kelompok dan mencoba mengajak teman untuk mendaki gunung ini. Tapi selalu saja gagal dengan alasan beragam. Begitupun kali ini , tak ada satu kawanku yang mau ikut serta dalam pendakianku kali ini. Yaaaa...apa boleh buat , akhirnya nekat berangkat seorang diri. Nantinya kan ketemu pendaki lain di base camp… begitu pikirku.
Sebelumnya aku telah browsing di internet mengenai jalur pendakian Gunung Sumbing. Setelah mempertimbangkan berbagai hal , akhirnya ku putuskan untuk lewat Jalur Cepit. Akupun memacu kendaraanku dari Semarang menuju Temanggung seorang diri. Setiba di Temanggung , aku mulai bertanya kepada orang yang kebetulan kutemui di pinggir jalan. Setelah bertanya kesana kemari , akhirnya akupun sampai juga di Dusun Cepit , desa Bulu yang dimana Basecamp jalur pendakian Cepit berada. Dusun ini terletak di kecamatan Pagergunung dan cukup jauh dari jalan raya Temanggung-Wonosobo. Cukup sulit juga untuk mencapai dusun ini.
Setiba di Basecamp , apa yang saya pikirkan mengenai adanya pendaki lain yang bakal jadi teman seperjalanan tidak terwujud. Tak ada satupun pendaki yang mendaki hari ini..cuma diriku saja yang berniat mendaki hari ini. Mungkin karena kunjunganku diwaktu musim penghujan yang tak tepat sehingga tidak ada satupun pendaki yang datang. Tapi akupun tak ambil pusing dan tetap maju menggapai puncak Gunung Sumbing. Setelah mendaftar dan menitipkan sepeda motor , tanpa buang waktu aku langsung saja cap cus karena sadar diriku berpacu dengan hujan yang kapan saja bisa turun. Melalui trek awal yang menanjak di jalan beraspal saat siang hari merupakan siksaan berat. Tapi langkah kaki ini tetap saja berayun seirin nafas yang mulai tersengal-sengal.
jalur cepit
Di penghujung jalan aspal , jalan pun berganti dengan jalan setapak. Bekas hujan semalam tanpak terlihat dari basahnya jalan. Sayapun masih tak bertemu pendaki lain. Tapi positif thinking masih saja kupakai dan tetap berjalan menuju puncak. MP3 player pun kunyalakan sekedar melepas keheningan suasana. Di saat sunyi ini , tiba tiba terdengar suara ramainya orang-orang mendaki di atas jalur tempatku saat ini berada. Dari ramainya bisa ku perkirakan ada sekitar 30 orang lebih berada di depanku. Dari suaranya akupun menduga kalau sebagian besar pendaki ini adalah anak pramuka. Karena suara yang kudengar seperti suara orang sedang latihan baris berbaris. Ada juga suara pasangan muda mudi yang tertawa riang bersama.
Kontan saja saya senang mengetahui ada tanda-tanda manusia lain yang juga mendaki dihari ini. Sayapun mempercepat langkah mengejar suara pendaki yang kudengar sebelumnya. Setelah berjalan dengan nafas yang hampir putus , akupun masih tak menemukan pendaki lain. Bahkan setelah setengah perjalananpun masih tak kutemui satupun manusia di sepanjang jalur menuju puncak. Kembali positif thinking memenuhi pikiranku...barangkali mereka telah sampai puncak dan mendirikan tenda. Aku pun kembali berjalan menuju puncak. Menjelang maghrib , 2\3 jalur menuju puncak telah kuraih. Suasana berubah menjadi gelap. Angin pun bertiup kencang dan awan mendung tampak menggantung dilangit. Lha ini....hujan yang kutakutkan tampaknya akan segera turun....waduuuhhh...saat sendirian di tengah gunung rasanya tak lucu bila
kawah gunung sumbing
kehujanan...begitu pikirku...karena itu aku mempercepat sedikit langkahku...aku seperti buta arah...jalur yang semula terlihat menghilang dari pandangan. Hanya rumput ilalang yang ada di kontur tanah yang menanjak tajam...apa mungkin aku salah ambil jalur?kembali aku bertanya di dalam hati sambil mengumpat berulang kali. Tapi aku tak mau menyerah...walau memang tersesat sedikit demi sedikit aku-pun menambah ketinggian. Dengan mengandalkan naluri dalam keterbatasan penglihatan , aku pun terus merayap di jalur yang memiliki kemiringan tanah yang cukup tajam. Walau perut memang terasa lapar aku pun terus naik. Istirahat sebentar mengambil nafas sambil mengganjal perut dengan roti tawar menjadi ritme yang kupilih. Prioritas utamaku adalah puncak!!!!tak ada yang lain...karena bila aku bisa mencapai puncak , awan hujan setidaknya berada dibawahku dan aku akan aman dari hujan..aku pun terus naik dan naik...dan sungguh tak di kira , tanpa disangka ; tahu-tahu aku telah sampai di puncak Bayangan..sebuah tempat datar di pinggir kaldera kawah di Gunung Sumbing...Puncak Sejati terlihat begitu dekat. Di sini aku kembali keheranan dan tak habis pikir. Karena Puncak Bayangan ini merupakan satu-satunya tempat terakhir mendirikan tenda sebelum menuju puncak dan tak ada satupun tenda yang berdiri di tempat ini , berarti...suara yang ku dengar saat menuju puncak tadi suara siapa yah?karena tak ada satupun manusia yang kutemui sepanjang jalan menuju puncak , tak ada juga satupun manusia yang mencapai puncak selain aku. Di tambah seingatku di buku tamu tak ada pendaki lain yang ke puncak hari ini selain diriku seorang. Apa mungkin ya?...apa mungkin...suara yang kudengar dibawah tadi adalah bukan suara manusia alias suara setan atau sebangsanya. Mungkinkah suara ini adalah suara dari Pasar Setan yang memang sudah terkenal keberadaannya di Gunung Sumbing. Tapi setahuku..Pasar Setan hanya di temui di Jalur Pendakian Garung yang berada di Kledung.

Klruuuukkkk...suara perutku yang lapar memecah suasana..segera ku dirikan tenda seorang diri. Walau agak kepayahan akhirnya tenda pun berdiri..setelah barang barang masuk semua ke dalam tenda , kompor ku nyalakan dan mulai memasak...menunya sudah pasti , apalagi kalau bukan mie instan rebus...entah ini makan siang atau makan malam aku sudah tak tahu lagi. Pasalnya perut ini sejak siang belum kemasukan apa apa kecuali air dan roti tawar..mie instan rebus pun tersedia dengan bau yang harum...sebuah kemewahan tersendiri menyantap mie rebus di atas puncak gunung walau terasa hambar ketika kusantap...mungkin karena perut ini telah terlanjur kosong dan tak mau di masuki makanan apapun. Tetapi tetap saja ku paksakan makanan masuk ke mulutku walau terasa mau muntah...ini ku lakukan agar tubuhku cepat pulih dari kondisi kecapaian. Segelas kopi menutup makan malamku..minuman ini ku teguk pelan pelan sambil menikmati pemandangan malam dari atas puncak gunung Sumbing...tak terlihat apa-apa seh...karena awan mendung memenuhi pemandangan bawah..hehehe..dan dari gelagar petir yang berulang kali menyambar saut menyaut...aku tau di lereng gunung ini terjadi hujan yang cukup lebat...beruntung aku bisa mencapai puncak pada waktunya sehingga tak terjebak dalam derasnya hujan. aku cukup puas bisa meraih puncak gunung sumbing di pendakian ku yang pertama di gunung ini...sendiri lagee...ya hanya sendiriii...
sunrise sumbing full

Sejenak ku merenung..menikmati malam dalam kesendirian...suara angin menderu-deru menerpa tendaku...memang sih aku terbiasa mendaki seorang diri , tapi tenda tanpa tetangga pun……………. terasa SEPIII................hiks hiks...kemana semua orang ya...kok tak ada satupun pendaki yang naik???tapi sekali lagi positif thinking memberiku harapan sekali lagi..barang kali esok nanti aku bisa bertemu dengan pendaki lain yang sedang Sunrise Attack...tak banyak hal yang bisa kulakukan malam itu..hanya bengong tanpa teman ngobrol...lalu akhirnya ku putuskan untuk tidur di dalam kehangatan sleaping bag..
Jam setengah 4 pagi aku terbangun dengan kaki yang membeku...tampaknya kaos kaki yang berlapis lapis ku pakai pun tak berpengaruh pada dinginnya pagi...segera ku membuat minuman penghangat...segelas kopi pun tersaji...sambil menyeruput kopi aku pun keluar menunggu mentari yang sebentar lagi muncul...perasaanku masih penasaran dengan suara yang ku dengar sewaktu aku naik...tapi sampai langit mengeluarkan semburat merah , bahkan sampai mentari naik di atas ufuk pun tak satu pun pendaki yang naik ke puncak...berarti benar suara ramainya orang yang ku dengar sewaktu aku naik kemarin bukan suara manusia melainkan suara BANGSA HALUS. Setidaknya itu yang bisa ku simpulkan saat ini..
Yah apa boleh buat hari itupun kulewati menikmati pagi di puncak Sumbing dengan seorang diri. Gunung pun seakan milikku seorang..begitu juga dengan sunrise...yang tampak malu malu muncul di balik awan mendung..ada hikmahnya seh naik gunung seorang diri walau kayak orang hilang memang...hehehe...hanya saja....kenapa aku malah membawa kamera analog yang gak ada timer- nya???bodohnya aku...tadinya seh mau minta tolong pada pendaki lain...tapi sekarangpun tak ada yang bisa di minta tolong kan...hahaha….. akhirnya aku hanya ambil gambar pemandangan tanpa 1 gambarpun mengenai diriku...hahaha……… sial memang.
gunung sindoro

Aku pun turun gunung pada pukul 8 setelah menyempatkan diri menyantap sarapan pagi. Aneh juga rasanya makan seorang diri di ketinggian 3371 meter dari permukaan laut..perjalanan turun pun tak sesulit yang ku bayangkan...dalam perjalanan turun pun di sepanjang jalur tak kutemui satu pun pendaki yang mendirikan tendanya. Bekas tenda yang berdiri atau sisa sisa camping pun tak ada satu pun...Sesampai di Base Camp aku pun bertanya kepada penjaga Base Camp tentang ada tidaknya pendaki lain yang mendaki setelahku. Pemilik Base camp pun menjawab tidak ada dan cuma diriku yang naik ke puncak kemarin sambil memperlihatkan catatan buku tamu yang di situ hanya tertulis namaku pada hari kemarin. ini semakin menguatkan dugaan ku bahwa tak ada satu pun pendaki yang kemarin naik ke puncak kecuali diriku...berarti memang benar suara yang kudengar kemarin mungkin memang suara dari penunggu gunung sumbing ini...mungkin juga itu adalah suara Pasar Setan yang semenjak dahulu terkenal keberadaannya di gunung ini…..sungguh pengalaman tak terlupakan ……………
nyampe di bawah baru ketemu orang n bisa minta tolong amblin gambar....

Jumat, 07 Agustus 2015

LEGENDA KOTA KUNINGAN

Ini kisah legenda kota Kuningan...sampai sekarangpun kota Kuningan pun masih ada di Kabupaten Cirebon lho broooo....

langsung saja deh ....Check this out....