Sabtu, 24 Juni 2017

Makna ketupat atau kupat

Ketupat
Seperti yang kita tahu , Idul fitri adalah hari raya umat islam..Apa yang khas dari hari raya umat islam ini adalah keberadaan makanan khas seperti Ketupat dan Lepet. Makanan khas ini banyak di sajikan saat lebaran. Biasanya di buat dari daun kelapa yang di anyam hingga membentuk persegi empat. Inilah yang dinamakan dengan selongsong ketupat. Selanjutnya ketupat ini di isi dengan beras kemudian di rebus hingga beras matang dan ketupat berisi.
Keberadaan ketupat ini tak lepas dari budaya jawa yang penuh dengan filosofi. Nah apakah anda tahu makna dari makanan ini kawan??pasti banyak yang belum tahu kan? Untuk itu bagi yang penasaran , terus simak tulisan saya ini ya...lumayan kan tambah pengetahuan...hehehe
Oke....pertama kawan...ketupat konon pertama kali di perkenalkan pada masyarakat jawa oleh salah satu waliyullah yang terkenal yaitu Sunan Kalijaga. Sunan Kalijaga adalah salah satu walijhlhjjywrpyullah yang membentuk budaya masyarakat jawa seperti yang sekarang. Cara dakwahnya dalam rangka menyebarkan agama islam yang secara persuasif berhasil mengislamkan sebagian besar penduduk pulau jawa. Di dalam dakwahnya Sunan Kalijaga menggunakan kesenian dan budaya orang jawa untuk menarik perhatian mereka. Di sela sela kesenian ini beliau menyelipkan ajaran-ajaran islam didalamnya.
Begitu juga pada hari raya Idul Fitri atau Lebaran. Dalam bahasa jawa Lebaran kerap disebut sebagai BODO. Berasal dari kata BAKDA yang berarti. Pada zaman itu Sunan Kalijaga membudayakan 2 kali Bodo ,  yaitu Bodo Lebaran sebagai hari besar nya umat islam dan Bodo Kupat yang dimulai seminggu sesudah Lebaran. Dalam filosofi Jawa, Kupat memiliki makna khusus. KUPAT berasal dari bahada jawa merupakan kependekan dari NGAKU LEPAT dan LAKU PAPAT.
salam-salaman meminta maaf..
"Ngaku lepat" merupakan kata dalam bahasa Jawa yang bila diartikan ke bahasa indonesia sama dengan "MENGAKUI KESALAHAN". Jadi Bodo Kupat bisa diartikan sebagai hari raya untuk saatnya saling mengakui kesalahan.Tradisi sungkeman menjadi implementasi orang jawa untuk "ngaku lepat" atau mengakui kesalahan. Sungkeman ino juga mengajarkan pentingnya menghormati orang tua, bersikap rendah hati, memohon keikhlasan dan ampunan dari orang lain.
"Laku papat" jruga merupakan kata dalam bahasa Jawa. "Laku" berarti Menjalankan , "papat" berarti empat.  Dengan demikian "Laku Papat" bisa diartikan MENJALANKAN YANG EMPAT. Menjalankan yg empat apa itu?dalam hal ini yang dimaksud dengan Laku Papat ini meliputi u LEBARAN , LUBERAN , LEBURAN , LABURAN.
1.LEBARAN
Lebaran berasal dari kata LEBAR yang berarti "wez rampung" atau bila di indonesiakan berarti juga "sudah selesai". Dengan begitu Lebaran berarti juga menandakan berakhirnya waktu puasa. Yaitu pertanda kemenangan manusia terhadap hawa nafsu. Setelah sebulan berpuasa selama 1 bulan , tubuh manusia telah dikembalikan ke fitrahnya.
2.LUBERAN
Leburan berasal dari kata "LEBUR"  yang berarti Meluber atau melimpah. Hari kemenangan itu hendaknya kita berbagi kesenangan dengan mereka yang tak mampu yaitu dengan "meluberkan" sebagian harta kita kepada para fakir miskin. Ajakan bersedekah untuk kaum miskin ini disimbolkan dengan pengeluaran zakat fitrah yang merupakan perintah wajib bagi orang islam untuk mengeluarkannya bagi yang mampi
3.LEBURAN
Leburan berasal dari kata "LEBUR" yang berarti Sudah habis dan lebur. Maksudnya dosa dan kesalahan akan melebur habis karena setiap umat islam dituntut untuk saling memaafkan satu sama lain. Simbol dari kata "Leburan " ini adalah tradisi sungkeman dan halal bihalal yang merupakan ajang untuk saling memaafkan satu sama lain.
Tradisi sungkeman sebagai simbol saling memaafkan antara yang muda dan yang tua
4.LABURAN
Berasal dari kata "Labur". Labur yang dimaksud di sini adalah kapur yang biasa digunakan untuk penjernih air maupun pemutih dinding. Sedang "Laburan" sendiri dalam tradisi jawa dikaitkan dengan kebiasaan orang jawa yang suka "melabur" atau mewarnai dinding rumah mereka dengan kapur berwarna putih dihari raya atau hari besar lainnya. Tujuan mewarnai dinding ini supaya rumah yang mereka tinggali terlihat bersih dan indah. Secara filosofi orang jawa , Laburan memiliki makna bahwa orang yang telah selesai menjalankan ibadah puasa hendaknya selalu mewarnai lahir dan batinnya dengan kesucian seperti halnya orang jawa yang membersihkan rumah mereka dengan "Labur".
Semua filosofi jawa ini lantas disimbolkan oleh sunan kalijaga dalam wujud Kupat , yaitu panganan dari beras yang di bungkus daun kelapa muda membentuk segi empat.
Pasti ada kan dari kalian yang bertanya kenapa harus berbentuk seperti itu?kenapa kok harus pakai daun kelapa muda?kenapa kok tidak bundar?atau pakai daun jati misalnya?
Well...Sunan Kalijaga pun tidak asal-asalan ambil sesuatu untuk dijadikan simbol kupat. Lazimnya daun kelapa yang masih muda oleh orang jawa disebut juga dengan nama JANUR. Kata Janur ini berasal dari kosakata bahasa Arab  " Ja'a nur " yang berarti telah datang cahaya. Isi kupat yang berasal dari beras yang berwarna putih di ibaratkan sebagai hati manusia. Bentuk kupat yang persegi empat menandakan hati manusia yang 'Laku Papat'.
Jadi Kupat itu di ibaratkan sebagai hati manusia yang melakukan "laku papat" yang telah terbungkus oleh cahaya(ja'a nur). Saat orang sudah mengakui kesalahannya maka hatinya seperti KUPAT YANG DIBELAH, pasti isinya putih bersih, hati yang tanpa iri dan dengki.
Kenapa? Karena hatinya sudah dibungkus CAHAYA (ja'a nur).
Makanan lain yang juga ada saat Bodo kupat adalah LEPET. Lepet adalah panganan yang terbuat dari beras ketan yang dibungkus dengan daun kelapa yang masih muda. Berbeda dengan Kupat Lepet berbentuk bulat memanjang. Lepet pun memiliki filosofidan maknanya sendiri. Lepet berasal dari singkatan kata "siLEP kang raPET" yang berarti menutup dengan rapat-rapat. Jadi setelah ngaku lepet dan meminta maaf, hendaknya seseorang menutup kesalahan yang sudah dimaafkan dan jagan diulang lagi, agar persaudaraan semakin erat seperti lengketnya KETAN DALAM LEPET.
Begitulah pesan yang terkandung dalam Kupat dan Lepet kawan...makanan yang hanya ada saat hari raya ini telah menjadi salah satu budaya bagi bangsa indonesia namun arti , makna , dan sejarahnya mulai di lupakan oleh generasi muda saat ini. Untuk itulah bro , sudah selayaknya kita mengetahuinya dan menyebarkan budaya yang mulai hilang ini ke masyarakat...terlebih bila anda nantinya memiliki anak atau cucu...wariskanlah budaya ini...agar kelak ketika anak cucu kita memakan kupat dan lepet ini , mereka tahu makna yang terkandung didalamnya....

Sabtu, 03 Juni 2017

Dari Di Datangi "Mbak Kunti" Sampai Kesasar Di Gunung Puntang Malabar (Pendakian Seorang Diri Di Bandung Selatan part 1)




Puncak Gunung Puntang Malabar
Ini adalah kisah petualanganku di tanah sunda , tepatnya di Bandung , Jawa Barat. Gunung gunung di Jawa Barat telah lama menarik perhatianku sejak aku mulai bisa menggunakan internet. Yaaa…kegilaanku akan mendaki gunung telah membuatku melewati batasan. Dari yang semula ingin mendaki semua gunung di Jawa Tengah menjadi ingin mendaki seluruh gunung di pulau Jawa. Dan setelah hampir semua gunung di Jawa Tengah telah aku kunjungi , aku mulai melirik gunung-gunung di jawa barat. Gunung Malabar , sebuah nama gunung di Jawa Barat yang telah lama menarik perhatianku. Apalagi menurut literature yang ku baca di website , jalur pendakian gunung ini melewati sebuah air terjun yang indah. Kebetulan liburan akhir tahun telah tiba. Hampir 2 minggu liburan Natal dan Tahun Baru yang kudapat dari perusahaanku. Kupikir ini adalah saat yang tepat.Aku mulai mem-packing dan menyiapkan segala kebutuhan. Mulai dari perlengkapan mendaki gunung , logistic , pakaian ganti , dan semua pernak perniknya pun masuk ke tas carrier. Tak lupa aku berpamitan kepada orang tuaku. Walau ibuku tampak keberatan dengan kepergianku kali ini tapi beliau akhirnya memberikan restunya kepadaku. Aku pun langsung men-starter kendaraanku dan langsung tancap ke solo untuk mendapatkan kereta api jurusan ke bandung. sebuah cara termurah bagi seorang backpacker yang berpenghasilan pas pas-an  seperti diriku untuk bisa mencapai tempat-tempat jauh diujung pulau jawa.
Singkat cerita akupun sampai disolo dan menuju ke rumah saudaraku untuk menitipkan sepeda motor. Setelah tertahan 1 hari karena ketinggalan kereta api. Akupun berhasil mendapatkan tiket untuk ke bandung di Stasiun Purwosari.
Setelah menunggu selama beberapa menit di temani saudaraku , jam 19:00 kreta Kahuripan jurusan stasiun kiara condong pun tiba. Segera aku pun berdesak-desakan dengan penumpang lain masuk ke kereta. Dan nasib apes memang ; aku tak kebagian tempat duduk dan akhirnya berdiri sementara tas carier yang ku bawa kuletakan di sampingku. Hahaha enjoy saja bung…namanya kreta kelas ekonomi ya begini. Aku mulai berbaur dengan suasana kreta.Beberapa teman bicara kudapatkan di kreta sehingga aku melewatkan malam di kreta dengan obrolan dan candaan dari teman-teman baruku. Menjelang pagi kereta pun tiba di Stasiun Kiara Condong. Setelah sholat subuh , aku pun mulai mencari informasi mengenai angkutan menuju banjaran dari Kiara Condong. Setelah bertanya kesana kemari , beberapa informasi aku dapat. Untuk menuju ke Banjaran ; dari Stasiun Kiara Condong aku harus mencari angkot ke Cigalereng. Angkot ini banyak di temui di sekitar stasiun dengan nomer rute 05. Selanjutnya dari Cigalereng baru bisa mencari angkot menuju Banjaran.Tanpa membuang waktu langsung ku pacu langkah kaki dan mencari angkot yang di maksud. Dan tanpa dicari , angkot ini langsung kutemukan begitu aku keluar dari stasiun….hahaha beruntungnya diriku ini…tanpa cap cip cus langsung saja aku naik angkot tersebut.
Singkat cerita , aku pun akhirnya tiba di cigalereng dan tak berapa lama mendapat angkot ke Banjaran yang berwarna kuning. 
Di angkot ini aku coba menggali lagi informasi tentang gunung yang aku tuju melalui penumpang lainnya. Tapi aneh , beberapa menjawab tidak tahu begitu aku tanyakan tentang gunung Malabar. Bahkan sang sopir yang ku Tanya malah menunjukan basecamp gunung lain ; Gunung Puntang. Nama yang sungguh aneh dan jarang kudengar dari semua jajaran pegunungan di Jawa Barat dan memang menurut pak sopir di basecamp gunung ini ada sebuah air terjun persis seperti informasi yang kudapatkan di internet. Sekitar pukul 08:00 akupun tiba di Pasar Banjaran. Di tempat ini aku pun mulai bertanya pada orang sekitar tentang gunung Malabar. Tapi jawaban yang sama kembali kudapatkan yang intinya mengatakan bahwa Gunung Puntang lah yang bisa di daki dan tentang gunung Malabar adanya di pangalengan…
Pemandangan sebelah utara gunung puntang...keren kan brooo??
Karena mempertimbangakan waktu yang telah siang , dan nama Gunung Puntang pun begitu menarik…akupun memutuskan untuk ke gunung ini dan mencoba meraih puncaknya. Begitu naik angkot menuju Gunung Puntang tak berapa lama angkot tiba di desa terakhir dibawah base camp gunung Puntang. Untuk menuju base camp ; Dari desa terakhir ini bisa dengan ojek atau jalan kaki. Aku akhirnya memilih jalan kaki..disamping untuk pemanasan ; lumayan ngirit ongkos dikiiiitttt…hehehe. Trek yang dilalui lumayan menanjak melewati jalanan aspal dan areal ladang penduduk. Tetapi pemandangan yang ditawarkan cukup keren brooo…dari jalanan, jajaran gunung – gunung di tanah sunda telah mulai terlihat berpadu dengan hamparan sawah penduduk yang tampak menguning.
Setelah berjalan selama 30 menit dengan nafas ngos-ngosan dan tubuh penuh keringat ; tiba juga di base camp. Langsung saja aku check in atau ndaftarin diri untuk menuju puncak gunung puntang. Di Base Camp ini aku disambut dengan ramah oleh para penjaga yang dilihat dari wataknya yang rata-rata memiliki sifat slenkgekan dan easy going. Gak bakalan mati gaya deh bicara sama akang- akang ini.Akang-akang ini sempat heran juga melihatku sendirian mendaki gunung.Merekapun memberi tahu rute-rute yang harus aku lalui untuk menuju puncak. Tak lupa akupun di beri nomer telepon base camp yang bisa di hubungi kalau-kalau terjadi sesuatu. Tapi setelah mendaki baru aku tahu nomer ini tak berguna…gimana mau ngehubungi wong sinyal aja gak ada…ahhh toolllollll…..hahahaha
Setelah urusan administrasi dan perizinan selesai ; tanpa membuang waktu langsung kuseret langkahku menaiki jalur menuju puncak. Tak lupa aku mengambil persedian air minum sebelum mulai mendaki karena menurut info dari akang penjaga tak akan di temui lagi mata air di sepanjang jalur menuju ke puncak. Trek awal mulai menanjak melewati rimbunnya hutan campuran kemudian mendatar mengitari sebuah bukit kecil. Tingginya rumput yang berada di kanan dan kiri jalur sedikit membuatku kesulitan mengenali jalan setapak.Terlebih jalan berupa tanah coklat yang licin sehabis hujan semalam membuatku harus extra hati-hati meniti jalur pendakian.Karena di samping kanan ku adalah jurang yang siap menerkamku bila aku sampai terjatuh.Jalur pun berbelok kemudian turun melewati sebuah sungai kering kemudian menanjak kembali melewati jalan setapak yang cukup lebar. Namun tak berapa puluh meter kemudian jalur kembali menyempit dan berbelok ke kanan melewati jajaran hutan pinus dengan kerapatan yang jarang. Dari sini jalur pun menanjak terus tanpa ada bonus sedikitpun.Tak ada petunjuk arah satupun menuju ke puncak.Hanya terkadang terdapat beberapa helai tali raffia yang di ikatkan di pohon.
Hampir 2 jam lebih aku bergumul dengan trek terjal di Gunung Puntang ini. Kemudian jalur pun seolah menghilang di ujung bukit.Ku coba mencari jalan setapak yang seperti menghilang…hanya terlihat bekas pepohonan yang ambruk dan daun yang berserakan di ujung jalur yang menghilang entah ini karena badai atau memang sengaja di tebang manusia.Tiba-tiba terdengar sayub-sayub suara beberapa orang dari arah atas bukit. Akupun kegirangan karena memang dari awal mendaki dari baseCamp belum aku temui satu-pun pendaki lain di sepanjang jalur menuju puncak. Dengan mengikuti arah sumber suara ini , aku kembali mencari jalan setapak yang menghilang. Dan usahaku ini pun berhasil….rupanya jalan ini tertutup oleh pohon yang tumbang. Jalan setapak ini memutar naik ke arah kanan menaiki salah satu punggung bukit dan berakhir di pertigaan jalan. Di pertigaan jalan ini tak terdapat petunjuk jalan apapun sehingga cukup membinggungkan. Dan bodohnya diriku karena tak memberi tanda apapun di sini sehingga berakibat nanti pada saat aku turun gunung brooo…
tak pernah mati gaya walau mendung mengancam...
 Begitu jalur telah di temukan ,  langsung saja aku pun kembali menyusuri jalan setapak ini. Dari pertigaan jalur , jalan masih menanjak. Tetapi setelah berjalan beberapa puluh meter , jalan setapak menjadi landai melewati hutan dengan banyak batu besar berserakan di sepanjang jalur. Di sini terdapat beberapa tempat datar untuk mendirikan tenda. Aku tahu ini adalah salah satu pos pendakian di gunung ini.Tapi entah pos berapa dan dimana aku pun tak tahu karena minimnya informasi dan tak ada papan petunjuk apapun.Rimbunnya pepohonan di sini menampilkan kesan wingit dan angker. Di tambah dengan suasana langit yang mulai gelap karena mendung membuat bulu kuduk di tubuh ini menjadi merinding. Suatu tanda bahwa “aku tak sendiri “ di tempat ini…ada penghuni lain di tempat ini…
Di tengah mencekamnya suasana , tiba-tiba terlihat 4 orang pendaki. Dari bahasa yang mereka gunakan aku bisa menebak kalau rombongan ini adalah orang-orang sunda. Kamipun bertegur sapa. Dalam kesempatan ini , tak kusia-siakan untuk menggali info lebih jauh tentang gunung ini. Dan menurut kata aak-aak ini , gunung ini adalah Gunung Puntang sedang Gunung Malabar yang aku cari berada di daerah Pangalengan. Dan dari posisiku sekarang ; puncak hanya berjarak sekitar 20 – 30 menit perjalanan. Pucak berada setelah Pemancar Radio. Ehhh…Pemancar Radio…nama yang unik ya, begitu pikirku penasaran. Kemudian kami pun berpisah. Aku pun bergegas melanjutkan perjalanan karena kulihat langit mulai tak bersahabat. Setelah berjalan menanjak berapa menit , tibalah aku di sebuah tempat datar penuh dengan rerimbunan pepohonan. Disini terdapat beberapa lantai , undak-undakan , dan saluran air yang terbuat dari beton. Inilah yang di sebut dengan pemancar radio itu….
bangunan ini sudah tidak utuh dan tertutupi oleh tumbuhan menjalar, beberapa tiang atap penyangga dari bangunan ini terlihat telah runtuh. Mengingat bangunan ini adalah bangunan bersejrah , kesan angker pun segera terasa di tempat ini. Kembali bulu kuduk ku berdiri. Merasa tak nyaman aku pun segera meninggalkan tempat ini dan kembali menyusuri track menanjak kembali. Tak butuh waktu lama , hanya 10 menit dari pemancar radio aku pun tiba di puncak Gunung Puntang…perasaan sukacita , gembira , dan bahagia bercampur jadi satu. saat itu pukul 15:00 dan kabut sudah mulai menutupi pemandangan. Jadi yang terlihat Cuma gambar putih saja. Angin pun mulai kencang bertiup dan gerimis mulai turun.
rada gelap..background silver sunrise yang tertutup kabut...
Aku tak bisa bersantai-santai dan harus mulai membuat tempat berlindung. Segera kudirikan tenda di puncak Gunung Puntang ini walau aku tahu sebenarnya cukup beresiko memasang dtenda di puncak yang berupa dataran memanjang selebar 1 -1,5 meter dengan di apit jurang di kedua sisi kanan dan kirinya. Tapi karena keinginku untuk menikmati pemandangan malam dan pagi langsung dari puncak gunung ini ,pada akhirnya ku paksakan juga mendirikan tenda di tempat sempit ini.
Setelah tenda berdiri , segera aku masuk ke dalam tenda karena gerimis pun semakin lebat. Sebentar saja hujan pun turun dengan deras. Angin pun bertiup kencang…berulang kali tenda ku meliuk ke kanan dan  ke kiri tertiup angin badai yang kencang. Ini wajar…karena posisiku di puncak benar benar tak terlindung apapun, bahkan satu pohon pun tak ada. Di dalam tenda , suasana benar-benar seperti rumah yang terkena gempa. Tenda dome berulang kali bergoyang tak karuan. Bahkan alas tenda pun hampir-hampir terangkat kalau saja tak ada diriku di dalamnya…”waduh ini mau bikin kopi gimana masak air panas saja pasti bahaya” pikirku dalam benak. Terbersit juga kalau tiba tiba tebing tempat tendaku berdiri tiba- tiba longsor. Semakin petang badai pun tak kunjung mereda..Karena suasana semakin tak mendukung , aku pun memutuskan untuk memindah tenda ke tempat lain. Segera saja semua barang aku masukan ke tas carrier…begitu keluar , tenda pun langsung aku rubuhkan. Dan bersama frame tenda yang masih terpasang aku pun mengangkat tenda ini memindahkan ke sebuah tempat lapang yang kuingat berada di bawah lokasi puncak.
di sini neh akhirnya tenda ku dirikan...
Setiba di lokasi yang ku maksud , frame tenda pun kembali ku pasang. Tak butuh waktu lama , tenda pun telah berdiri kembali. Dan di lokasi baru ini ternyata lebih terlindung dari angin karena posisinya yang tertutupi oleh pohon tinggi dan semak belukar yang cukup tinggi.Suasana hangat pun terasa di dalam tenda. Dan yang pasti tenda tak lagi bergoyang ke kanan dan kekiri seperti sebelumnya. Aduuuhhh…akhirnya aku pun bisa bernafas lega…segera saja kompor kurangkai dan kunyalakan untuk memasak air panas. Sambil menunggu air mendidih , aku pun segera berwudhu dan menjalankan ibadah shalat maghrib. Selesai shalat , air pun mendidih dan tak berapa lama segelas kopi dan sepiring mie instan rebus tersaji di hadapanku…tunggu apa lagi brooo…sikat ajaaaa….perut dah lapar sedari tadi….hehehe
Selepas makan malam , tak ada yang bisa di lakukan. Di dalam tenda aku hanya bengong karena memang tak ada teman yang di ajak ngobrol. Terlebih tak ada pendaki lainnya yang tampaknya datang ke puncak hari ini. Sehingga secara otomatis tak ada tenda lain yang berdiri di samping tendaku…yaaaa aku sendiri lagi temaaannn. Hahaha….tapi tak apa… kesunyian ini justru memberikan kesempatan kepada diriku untuk merenung dan intropeksi diri…untuk memecah suasana yang sepi ini music player dari HP pun kunyalakan. Tapi hanya berapa putaran lagu , HP pun kumatikan karena takut batu batrey dari gadget ini habis. Anda pastinya paham kan listrik untuk men-charge HP ini bila saja mati mustahil di dapatkan di tengah rimba ini. Dan sekali lagi keheningan kembali menaungi suasana tenda. Keheningan ini pun pecah oleh suara adzan isyak yang bersautan di desa-desa dibawah gunung ini. Aku pun mengambil air wudhu untuk lekas menjalankan ibadah shalat isyak. Selepas menjalankan shalat isyak kulanjutkan untuk membaca surat yasin untuk membunuh waktu yang masih terasa lama menjelang pagi. Awalnya aku merasa biasa –biasa saja dan nyaman –nyaman saja melantunkan ayat demi ayat di dalam tenda. Namun tiba-tiba bulu kuduk ini berdiri…suasana tenda mendadak menjadi horror…apa ini…pikirku ??sensasi yang sama yang kurasakan berulang kali saat aku mulai naik ke puncak dari base camp. Aku tahu pasti bahwa ini menandakan aku tak sendiri…ada makhluk lain yang berada di dekatku…mahkluk kasat mata atau orang sering menyebutnya sebagi hantu…
Dan demi merasakan suasana yang berubah dratis ini , kuhentikan membaca ayat-ayat yasin dan menegok sekeliling tenda seluas 2 meter-an ini. Dan benar saja ketika ku amati salah satu sudut tenda , mataku sekilas melihat bayangan putih..bayangan putih ini awalnya sangatlah samar…tapi lama lama semakin jelas membentuk sosok tubuh manusia. Diujung bagian atas bayangan ini tampak segaris warna hitam yang lama-lama membentuk kepala dengan rambut yang panjang.Semakin jelas bayangan ini membentuk sosok wanita berbaju terusan berwarna putih dengan rambut yang panjang. Kaget hatiku setengah mati…degup jantungku berdetak dengan kencang. Inikah yang orang-orang bilang Kuntilanak???ketakutan mengisi hatiku. Tapi sebagai seorang pendaki yang terbiasa naik turun gunung sendiran , aku pun memberanikan diri menatap sosok ini. Dalam minimnya cahaya senter di dalam tenda bisa kulihat makhluk halus ini tampak menundukkan kepalanya.Seluruh rambutnya yang sepanjang pinggang jatuh kedepan menutupi wajahnya. Makhluk ini hanya berdiri diam menungguiku…
“assalamualaikum….apa prlumu dating ke sini??” karena makluk ini tak kunjung menghilang juga , aku pun memberanikan diri bertanya maksud kedatangannya ke sini.
“akuuu..tak ikut kamuuuu yaaa…” walau tak jelas , suara ini datangnya dari sosok kunti lanak ini….blaik neeehhh…apa maksud perkataan mbak kunti ini. Aku naik gunung bukan maksud untuk mencari perewangan seperti ini tapi kini ada sosok gaib yang ingin “ngintil” dan masuk kedalam kehidupanku…bahaya nehhh…
“wah , jangan mbak…saya ini hanya orang biasa…buat apa ikut saya….saya gak bisa memberikan apa-apa…lebih baik mbak tetap di sini deh…” kataku halus takut menyinggung makhluk halus ini. Selanjutnya makhluk ini tak kunjung hilang juga. Ia hanya berdiri diam di pojokan tenda. Takuuuttt…sudah pasti kawan…tapi di pikir-pikir mau lari kemana aku…wong aku saja berada di puncak gunung yang di kelilingi oleh rimba. Lagi pula suasana gerimis masih menaungi di luar tenda. Jadi aku pun pada akhirnya tetap didalam tenda di temani makhlukini…suasana yang semakin dingin pun memaksaku masuk kedalam sleeping bag dan tanpa kusadari aku pun terlelap sejenak kemudian terjaga lagi.  Sewaktu kulirik sudut tenda di mana mbak kunti ini tadi berada , makhluk ini sudah menghilang tak terlihat lagi. Lega rasa hatiku…aku telah terbiasa mengalami hal-hal mistis selama beberapa berkali-kali aku melakukan pendakian gunung. Tapi di tunggui oleh Kuntilanik , baru kali ini ku alami. Karena masih mengantuk aku pun kembali tidur di dalam kehangatan sleeping bag.
Menjelang subuh diriku terbangun oleh suara alaram HP yang telah kusetel sebelumnya.Mata ini masih sulit ku buka.Tapi ku paksakan untuk bangkit dari tidurku. Segera aku merebus air untuk mebuat kopi guna mengusir rasa kantuk. Hujan di luar tenda telah berhenti. Aku pun keluar tenda sebentar melirik keadaan sekitar. Tak ada satu pun tenda yang berdiri di samping kanan dan kiri tendaku. Aku benar benar sendiri dari tadi malam…ohhh wellll…tak apalah…hahaha….
masak di dalam tenda aja...soal-e anginnya kencang...
Sesaat kemudian suara adzan shubuh menggema di sekitar gunung ini. Suasana sejenak menjadi ramai oleh suara muadzin yang bersautan di bawah sana.  Aku pun segera melaksanakan ibadah sholat shubuh. Seusai sholat shubuh , kompor pun kurakit dan tak berapa lama api pun menyala dengan sebuah panci berisi air di atasnya. Begitu air mendidih , aku pun kemudian menyeduh segelas kopi. “sruuuuptttt” suara ku menyeruput segelas kopi terdengar membahana di dalam tenda…nikmaaatt boyyy…sensasi minum segelas kopi di dinginnya udara pagi di puncak gunung memang tak tergantikan di manapun…..suasana di luar tenda pun mulai beranjak terang. Rupanya moment Sunrise akan segera terjadi beberapa saat lagi….buru-buru aku keluar tenda…suasana di luar pun begitu segar.Walau tak hujan tapi angin masih bertiup kencang.Namun tampaknya aku pun harus kecewa karena langit tertutupi oleh awan mendung sehingga sunrise yang kunanti-nanti pun tak terlihat di kaki langit ufuk timur. Hanya sebaris awan putih kemerah-merahan tampak memenuhi langit. Tapi pemandangan jajaran pegunungan tanah pesundan tampak menghiasi pemandangan di sebelah timur. Mulai Gunung Cikuray , Gunung Papandanyan , Gunung Guntur , dan Gunung Patuha  terlihat di kejauhan menyembulkan puncaknya. Sementara di sebelah barat kota Pangalengan terlihat jajaran bangunan-bangunan rumah penduduk yang terlihat kecil. Sejenak kunikmati suasana pagi di puncak gunung ini. Namun beberapa saat kemudian kabut datang menutupi seluruh pemandangan…
pemandangan sebelah selatan puncak Gunung Puntang..tuh deretan gunung di tanah sunda kelihatan semua...
suasana pun berubah menjadi gelap kembali…bukan pertanda yang baik neh , begitu pikirku…buru- buru aku kembali ke tenda dan segera menyiapkan sarapan pagi. Setelah sarapan pagi selesai , tenda segera ku bongkar , semua barang ku packing kembali k etas carrier….intiusiku mengatakan untuk segera turun dari gunung ini melihat kondisi cuaca yang mendadak berubah dengan cepat…aku tak mau lagi terjebak oleh badai di gunung ini walaupun hanya semalam…pengalaman semalam di kunjungi oleh mbak kunti masih membekas dalam ingatan…sooo… begitu semua barang telah masuk ke tas carrier …aku pun langsung berjalan menuruni bukit…
Nah ini yang aneh…setelah melewati pemancar radio , harusnya aku tiba di pertigaan jalan yang membawaku ke jalur sebelumnya. Tapi pertigaan jalan ini seolah raib tak berbekas. Aku tahu pasti letak pertigaan ini berada antara punggung bukit dan hutan.Namun begitu aku melihat hutan dari atas bukit tak kulihat pertigaan jalan yang kulewati ketika aku naik. Di sana hanya terlihat 1 jalur lurus ke bawah. Kerana tak yakin dengan jalur ini , aku pun mencoba kembali mendaki mencari pertigaan jalan ini , tapi tetap saja tak kutemukan. Karena merasa lelah , aku pun menyerah dan memutuskan untuk mengikuti jalur lurus ke bawah. Aku merasa sedikit yakin dengan jalan ini karena saat mencari pertigaan jalan yang ku maksud , aku sempat mendengar suara beberapa orang lelaki di ikuti oleh suara gonggongan anjing. Tak beberapa lama kemudian ku lihat seekor anjing berwarna hitam berdiri di bawah bukit nun jauh di sana.
Aku pun mengikuti satu- satunya jalan yang terlihat ini sambil memperhatikan tiap jejak yang ada. Awalnya jalan ini terlihat meyakinkan dan jelas.Beberapa sampah plastic pun terlihat masih baru. Namun semakin ke bawah jalan semakin tak meyakinkan. Jalan setapak seperti masih baru dan tak terlihat pernah di injak oleh manusia. Begitu juga rumput dan ranting di sekitar jalan ini tidak ada yang kusut dan patah. Sampah plastic pun semakin sedikit ku temukan. Meski pun ada sekalipun sampah plastic yang kutemui kebanyakan telah berubah warna yang menndakan sampah ini telah lama-lama sekali di tinggalkan oleh pemiliknya.Tanda- tanda yang jelas kalau jalan ini tak pernah di lalui oleh manusia. Kecurigaanku benar….aku tersesat…
kiri:kebingungan mencari jalur yang menghilang  kanan: kondisi cuaca yang mulai mendung dan berkabut


Dan benar saja…setelah berjalan beberapa saat , jalan setapak pun terputus oleh longsor di kanan dan kiri jalur. Hanya tersisa jalan selebar sekitar 50 cm dengan kanan dan kiri jalan adalah jurang menganga..bisa kamu bayangin kan bro betapa sempinya jalan ini. Ini mau di teruskan kok jalan semakin parah. Mau kembali kok rasanya capek dan bayangan mendung hujan semakin terlihat. Antara 2 pilihan ini membuatku bingung sehingga aku pun berhenti cukup lama untuk memutuskan yang terbaik yang bisa di lakukan saat ini.
Tiba- tiba entah dari mana terdengar suara orang berbicara dari arah bawah. Hal ini membuyarkan lamunanaku dan memberi sedikit harapan untuk terus turun mengikuti jalan yang terlihat semakin parah. Yaaa….aku pun akhirnya melibas jalan yang longsor ini… ini kulakukan dengan dasar pertimbangan: pertama, dari tempatku berdiri dibawah lereng dimana jalan setapak ini menuju ; terlihat sebuah desa. Kedua : fakta dari jalan setapak ini ada hingga menembus sampai kepuncak menandakan bahwa jalur ini memang pernah di lewati manusia , namun adanya indikasi sampah plastik yang sedikit dan telah lama ; menandakan pula jalur ini memang jarang di lewati. Ketiga :suara manusia yang berulang kali ku dengar posisiku tidak lah jauh dari pemukiman penduduk walaupun aku tahu ada kemungkinan juga ini bukan suara manusia , namun suara makhluk gaib yang sengaja membuatku tersesat dari awal. Memang ini semacam gambling , tapi aku tak punya pilihan …
Dengan hati hati aku pun meniti jalan longsor ini dan berhasil sampai ke seberang….tapi berakhirkah rintangan ini…ternyata tidak kawan…karena berjalan turun ke bawah beberapa meter kemudian ; jalan setapak menghilang di antara rumput setinggi dada manusia dewasa. Sebenarnya jalan setapak ini tidaklah menghilang tapi lebih tepat bila di sebut tertutupi. Ya sudah karena aku sudah terlanjur mengikuti jalur ini , akhirnya aku pun menyibak rerumputan tinggi ini dan berusaha mencari jalan setapak yang tertutupi ini. Kelihatannya mudah ya?Salah kawan…gak semudah yang di kira. Karena jalan yang tertutupi rumput tinggi ini , kondisi tanah menjadi lembab dan basah. Bahkan di beberapa jalan , tanah yang ku injak memiliki kondisi yang gembur sehingga bisa di pastikan bagaimana licinnya jalur.Aduhhh…dan ini…sandal gunung yang ku pakai malah ikut ikutan sobek sehingga tidak nyaman lagi untuk di pakai. Alhasil sandal gunung yang ku pakai pun akhirnya ku lepas dan aku berjalan dengan bertelanjang kaki….benar-benar dehhhh…
Selain harus mencari jalan setapak di tinggi dan lebat-nya rumput , aku pun harus memastikan jalan ini tidak mengarah ke jurang atau lembah yang akan membuatku semakin jauh tersesat. Cukup lama aku bergumul dengan jalan ini…entah berapa lama aku berjalan , tapi akhirnya jalan ini pun berakhir di sebuah hutan yang di tumbuhi oleh tumbuhan asam jawa atau lamtoro dalam bahasa jawa. 
kelelahan setelah kesasar sampai sampai sandal gunung pun ikut jebat...akhirnya nyeker deh broo....
Di hutan lamtoro ini jalan setapak yang cukup lebar mulai terlihat. Beberapa potong kayu dari batang pohon ini terlihat telah terikat di beberapa sudut jalan setapak ini. Sebuah bukti bahwa hutan lamtoro ini sering di kunjungi manusia dan pastilah dekat dengan pemukiman.
Perkiraanpun tidak salah...karena berjalan dari hutan lamtoro ini kurang dari 1 km kemudian , kutemukan sebuah desa yang cukup padat...aku pun bisa bernafas lega karena bisa kembali ke peradaban setelah beberapa jam tersesat dan hampir saja mati tak ditemukan...rasa penasaran akan seberapa jauh aku tersesat pun memenuhi kepalaku...sehingga di salah satu warung aku sengaja berhenti untuk bertanya dan membeli sejumlah makanan kecil untuk mengganjal perut.
"Ini desa dago ak , kalo desa banjaran ada disono tuh jauh dari sini.." jawaban dari teteh ini tidak membuatku puas...sooo...aku ceritakan bagaimana asal mulanya aku terdampar di desa ini..
"Sini dulu memang sering dijadikan jalur untuk mendaki ak...tapi itu dulu lho...sekarang mah udah jarang...paling juga penduduk sini juga yang pakai jalan ini menuju puncak...dulunya sih waktu ramai-ramainya musim pendakian , banyak cerita pendaki yang suka di ganggu...bahkan di bikin kesasar sampai berhari-hari..aak beruntung lho gak sampai setangah hari udah ketemu jalan ke desa ini....salah aak juga sih...mau di ikuti ma penunggu gunung ini tak mau , akhirnya di bikin kesasar deh ...hihihi..." sambil  tertawa kecil teteh pemilik warung ini pun menyudahi penjelasannya yang cukup panjang....dan mendengar kalimat terakhir dari pemilik warung ini aku pun kembali teringat dan tersadar bahwa banyak memang kejadian aneh yang kualami di gunung ini. Mulai dari penampakan mbak kunti yang ingin mengikuti di malam hari. Dan esoknya saat turun , pertigaan jalan yang ku cari yang awalnya terlihat jelas waktu naik raib , menghilang tak berbekas. Kemudian suara manusia yang berulang kali ku dengar tapi tak pernah kulihat manusianya. Seolah suara ini menuntunku untuk mengikuti jalur ini agar tersesat semakin jauh. Dan juga anjing berwarna hitam legam yang sempat memperlihatkan diri sewaktu aku tersesat. Anjing ini muncul saat suara manusia yang kudengar menghilang...tapi selama aku turun gunung dan tersesat tak ku jumpai anjing ini dan pemiliknya padahal jarak anjing ini dan diriku tak terlalu jauh...entah ini anjing setan atau bukan...hanya tuhan yang tahu...yang jelas aku cukup bersyukur masih di lindungi dan di beri keselamatan...
 
Sungguh pengalaman di gunung yang benar-benar tak terlupakan...pada akhirnya aku pun kembali ke Banjaran untuk melanjutkan perjalanan ke salah satu tempat yang cukup terkenal di Bandung Selatan , Kawah Putih…tapi bukan tempat ini tujuan utamaku , melainkan sebuah gunung yang terletak tak jauh dari kawah Putih , Gunung Patuha….